Memilih Pemimpin yang BENAR di Mata Tuhan atau di Mata Manusia?
Oleh : Opini
Jum\'at | 23-11-2018 | 09:04 WIB
arivan-sirait.jpg
Arivan Sirait

Oleh Arivan Sirait

Pada hakekatnya manusia adalah mahkluk sosial. Sebagian besar bergantung pada alam, manusia lainnya dan Tuhan.

Indonesia sebagai negara berideologikan Pancasila, sangat memberikan kebebasan (dalam artian sesuai perundangan yang berlaku) kepada rakyatnya untuk beribadah menurut agama dan kepercayaan yang diakui di negeri ini. Setiap agama atau kepercayaan memiliki 'kebenaran' menurut versinya masing-masing.

Maka dari itu masing-masing agama atau kepercayaan tersebut tidak dapat diperdebatkan satu sama lainnya. Mengapa? Kembali kepada arti kata 'kebenaran'. Kebenaran merupakan hal mutlak, yang merupakan salah satu inti dari setiap ajaran agama yang ada di Indonesia.

Apakah berbeda setiap agama dalam mengartikan kebenaran menurut agama atau kepercayaannya? Cara mencapainya, serta hasil akhirnya pada setiap agama berbeda. Walaupun beberapa agama memiliki beberapa kemiripan (dalam cara maupun tujuan).

Dalam hal memilih seorang pemimpin, setiap agama memiliki persamaan dan perbedaan dalam hal kriteria seorang pemimpin. Dan, terkadang di dalam satu agama yang sama, sesosok calon pemimpin pun memiliki kekurangan dan kelebihan, walaupun dalam hal kriteria mereka telah dinyatakan memenuhi syarat.

Apakah kekurangan dan kelebihan sosok tersebut dapat kita sebut wajar? Manusiawi. Apakah hasil penilaian kita dalam hal sosok calon pemimpin yang mempunyai kekurangan dan kelebihan yang telah kita nilai menurut pandangan agama dan nalar kita, benar?

Sudut pandang kita sebagai manusia tentunya banyak dipengaruhi oleh panca indera yang kita miliki, pendapat atau statment orang lain, nilai-nilai agama serta nilai-nilai yang berlaku di masyarakat dalam kehidupan bersosial dan berbudaya.

Bisa dikatakan sebagai sudut pandang kita sebagai manusia atau 'benar' di mata manusia. Hal tersebut merupakan hak kita sebagai manusia untuk menyatakan hal tersebut secara terbuka maupun hanya berupa pikiran atau prinsip di dalam diri kita sendiri.

Sementara, apakah bisa disebut 'benar' menurut kita sebagai manusia, adalah 'benar' menurut Yang Maha Kuasa (Tuhan)? Menurut saya pribadi, itu merupakan hak pribadi (individu) kita sebagai manusia mengganggap bahwa 'benar' di mata kita sebagai manusia dan di mata Tuhan adalah sama ataupun berbeda. Hal inilah yang akhir-akhir ini (dalam tahun politik) menjadi perdebatan-perdebatan serius di mata masyarakat oleh kedua pendukung calon pemimpin di negara kita tercinta.

Fenomena ini tidak akan berkesudahan, karena saudara-saudara kita tersebut selalu menganggap 'benar' menurut mereka adalah 'benar' di mata Tuhan. Mengapa kita tidak mencoba berserah dan berdoa kepada Yang Maha Kuasa, agar ditunjukkan pemimpin yang 'benar' di mata Tuhan.

Sehingga perdebatan-perdebatan yang tidak penting atau bersifat saling menyalahkan, fanatisme bahkan sampai menimbulkan bibit kebencian di antara kedua pendukung berhenti. Atau kah kita tetap merasa pikiran dan mata kita adalah mata Tuhan?

Sadarkah kita, bahwa kita adalah makhluk ciptaannya? Sadarkah kita hanya merupakan setitik debu di dunia ciptaan-Nya ini? Sadarkah kita bahwa 'kebenaran' itu hanya milik-Nya?

Apakah kita merasa tahu apa yang di dalam pikiran Yang Maha Kuasa adalah sama dengan pikiran kita? Apakah kita yakin bahwa pikiran kita selalu jernih, tidak dipengaruhi emosi, egoisme dan hawa nafsu?

Marilah saudara-saudaraku sebangsa setanah air, kita doakan dan serahkan kepada Yang Maha Kuasa agar diberikan pemimpin yang 'benar' di mata manusia terlebih di mata Tuhan (Yang Maha Kuasa), Amin.

Penulis adalah salah seorang warga Kabupaten Kepulauan Anambas, Kepri.