Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Peretas Rusia Curi Data Rahasia NSA, Kaspersky Diblokir
Oleh : Redaksi
Sabtu | 07-10-2017 | 10:26 WIB
hacker-bobol-NASA.jpg Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Batam - Peretas komputer asal Rusia ditengarai mencuri rahasia siber tingkat tinggi Amerika Serikat pada 2015 dari lembaga Agensi Keamanan Nasional (NSA). Ini terjadi setelah seorang kontraktor produk pertahanan memasukkan informasi itu ke komputer rumahnya berdasarkan dua laporan media Amerika pada Kamis, 5 Oktober 2017.

Wall Street Journal melaporkan mengutip dari sumber dirahasiakan, data yang diretas hacker Rusia ini termasuk rincian bagaimana AS menembus jaringan komputer asing dan melindungi diri melawan serangan siber.

Washington Post juga melaporkan karyawan itu bekerja di unit Operasi Akses Khusus NSA untuk para hacker elit sebelum dia dipecat pada 2015.

Hacker Rusia ini berhasil meretas data rahasia ini menggunakan software anti virus Karspersky. Dia diduga mengetahui data itu setelah software antivirus ini memperingatkan hacker adanya data yang sensitif.

Juru bicara NSA tidak berkomentar tentang laporan itu dan mengatakan, "Entah informasi itu kredibel atau tidak, kebijakan NSA tidak pernah berkomentar mengenai masalah afiliasi atau anggota."

Perusahaan produsen software antivirus tersebut, Kaspersky Lab, yang berbasis di Rusia menyangkal dengan tegas keterlibatan perusahaannya dalam insiden ini.

"Kaspersky Lab belum mendapatkan data yang dapat membuktikan keterlibatan perusahaan dalam dugaan insiden itu. Sebagai perusahaan swasta, Kaspersky Lab tidak memiliki hubungan apapun dengan pemerintah, termasuk Rusia, dan satu-satunya kesimpulan tampaknya Kaspersky Lab terjebak di tengah perang geopolitik," kata manajemen Kaspersky Lab dalam sebuah pernyataan.

Akibat insiden ini Departemen Keamanan Dalam Negeri AS melarang produk Kaspersky Lab di jaringan federal pada 13 September. Senat AS pun menyetujui sebuah undang-undang yang melarang penggunaan produk Kaspersky Lab digunakan pemerintah federal dengan alasan perusahaan itu mungkin merupakan pion pemerintah Rusia dan menimbulkan risiko keamanan nasional.

Sumber: Tempo.co
Editor: Gokli