Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Uang Pembangunan Musala SMPN 47 Sudah Terpakai
Oleh : Yosri Nofriadi
Selasa | 03-10-2017 | 16:14 WIB
Kepsek.gif Honda-Batam
Kepala Sekolah SMPN 47 Tanjungriau, Kecamatan Sekupang, Pesra Daryanyi (Foto: Yosri Nofriadi)

BATAMTODAY.COM, Batam - Pembangunan Musala di SMPN 47, Tanjungriau, Kecamatan Sekupang belum bisa terealisasi. Itu dikarenakan uang yang sudah diterima dari orang tua siswa sudah terpakai untuk belanja keperluan perlengkapan sekolah lainnya.

Kepala Sekolah SMPN 47 Tanjungriau, Kecamatan Sekupang, Pesra Daryanyi, mengaku bahwa memang ada pungutan uang pembangunan Musala. Pungutan itu dikhususkan kepada siswa yang masuk melalui jalur off line.

Total uang yang dipungut itu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2016 sebesar Rp124 juta, namun uang tersebut sudah berkurang karena dipergunakan untuk keperluan perlengkapan sekolah lainnya, seperti kipas angin, soundsystem dan keperluan lainnya.

"Sisa uang yang kita terima itu tinggal Rp80 juta. Sudah terpakai Rp44 juta untuk belanja keperluan perlengkapan sekolah," ujar Pesra, Selasa (3/10/2017).

Sisa uang tersebut memang akan dipergunakan untuk pembangunan Musola, namun itu belum bisa terealisasi sebab pihak sekolah masih kebingungan menentukan lokasi pembangunan Musala di lingkungan sekolah itu.

"Karena lokasinya belum jelas mau dibangun di mana, makanya belum bisa dibangun," ujarnya lagi.

Sebelumnya, wali murid SMP Negeri 47 Tanjungriau, Kecamatan Sekupang, yang masuk melalui jalur off line mempertanyakan uang sumbangan pembangunan Musala yang mereka berikan ke komite sekolah.

Sebab, sejak dipungut oleh komite sekolah pada tahun 2014 lalu, rencana pembangunan Musala dari uang sumbangan itu, tak kunjung terealisasi sampai sekarang.

Uang sumbangan pembangunan Musala yang dipungut dari siswa yang mendaftar melalui jalur off line itu dimulai sejak tahun 2014 sampai 2016, dengan jumlah berbeda. Untuk tahun 2014 dengan jumlah 80 siswa dipungut Rp500 ribu.

Kemudian di tahun 2015 sekitar 90 siswa dipungut Rp750 ribu. Sementara pada tahun 2016 sekitar 90 siswa diminta lagi Rp1 juta.

Salah satu wali murid yang tak ingin namanya disebutkan mengatakan, uang pembangunan Musala tersebut dipungut oleh pihak sekolah hanya kepada siswa bina lingkungan yang nilainya tidak masuk jalur online.

"Orang tua awalnya terima untuk membayar, karena itu untuk kepentingan siswa juga. Tetapi sampai sekarang pembangunan Musala tidak ada, entah ke mana uangnya," ujar wali murid itu.

Semua siswa yang telah membayar sumbangan pembangunan sekolah itu sekarang tidak bisa merasakan beribadah di sekolah mereka. Sebab hingga saat ini tidak ada pembangunan Musala di SMPN 47.

"Siswa angkatan 2014 sudah pada lulus, mereka membayar uang sumbangan tetapi tidak bisa menikmati. Kita tidak tahu apakah dimakan sama komite atau seperti apa," ujarnya lagi.

Ia mengatakan, jika dihitung uang yang sudah terkumpul untuk pembangunan Musala mulai dari tahun 2014 sampai 2016 sudah terkumpul lebih kurang sekitar Rp200 juta, itu kalau sudah dibayar semua wali murid.

"Kita tidak tahu entah ke mana larinya uang yang sudah dikumpulkan itu. Karena uang pembangunan sekolah tidak jelas dipegang oleh siapa. Apakah komite atau sekolah," ujarnya lagi.

Ketua komite sekolah SMPN 47 Tanjungriau, Kecamatan Sekupang, Mustajar, saat dikonfirmasi membenarkan pungutan tersebut.

Mustajar mengatakan, siswa dipungut uang sumbangan pembangunan Musala terhadap anak-anak didik yang masuk melalui jalur off line. Di mana, untuk tahun 2014 dipungut sebesar Rp500 ribu, tahun 2015 dipungut sebesar Rp750 ribu dan tahun 2016 dipungungut sebesar Rp1 juta.

"Sumbangan itu memang benar, tetapi kami tak pernah pegang uangnya. Wakil Kepala Sekolah yang pegang. Setiap kami tanya kapan dibangun mereka tak memberikan jawaban yang pasti," ujar Mustajar.

Oleh karena itu, untuk tahun ini pihak komite tidak meminta sumbangan pembangunan Musala kepada siswa lingkungan yang masuk melalui jalur offline, lantaran Wakil Kepala Sekolah yang memegang uang sumbangan pembangunan Musala itu tidak memberikan kejelasan.

"Kami juga bingung sampai saat ini kami tidak tahu berapa uang yang sudah terkumpul dan uangnya lari ke mana. Karena itu kami tidak meminta sumbangan lagi tahun ini," ujar Mustaja

Editor: Udin