Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pancasila Benteng Generasi Muda
Oleh : Redaksi
Jum'at | 19-09-2014 | 10:51 WIB

Oleh : Herni Susanti *

Pergaulan bebas untuk kalangan remaja saat ini sulit ditekan, hal ini disebabkan karena kurangnya peran dari Pemerintah Daerah (Pemda), orang tua, sekolah dan lingkungan sekitar dalam memberikan nilai-nilai keagamaan. Pendidikan dan pembinaan agama untuk generasi muda, selama ini hanya didapatkan di sekolah dan sebatas ibadah ritual tanpa ada pengaitan dengan aturan agama yang lebih sempurna. Pergaulan bebas banyak dipengaruhi oleh pendidikan sekuler yang menghasilkan individu yang liberal, remaja yang materalis, hedonis atau (mengagungkan kebebasan). 

Cara yang tepat, dilakukan untuk menekan sikap buruk kaum remaja, yakni pemerintah harus menghentikan segala bentuk kegiatan dan penyediaan sarana yang mengantarkan remaja kepada perilaku pergaulan bebas. Cara tersebut dinilai merupakah langkah yang tepat dalam menyelamatkan generasi muda dari budaya liberal. Jika pergaulan bebas tersebut tidak segera ditekan sedini mungkin. 

Maka, kedepan bangsa Indonesia, akan kehilangan generasi muda penerus bangsa karena hancurnya moral generasi muda, bangsa Indonesia tidak lagi memiliki Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan bangsa Indonesia akan dengan mudah dipengaruhi oleh budaya barat sehingga generasi muda rapuh moralnya dan dikhawatirkan bangsa Indonesia akan dengan mudah dijajah oleh bangsa lain.  

AncamanTerorisme/Radikalisme
Aksi terorisme merupakan ancaman potensial karena dapat menimbulkan korban dan kerugian yang sangat besar serta dapat menimbulkan keprihatinan bagi masyarakat internasional serta ancaman terhadap peradaban umat manusia. Bali telah menjadi lokasi aksi terorisme yakni bom Bali I dan bom Bali II. Mengapa Bali menjadi target serangan teroris, karena Bali menjadi tempat kunjungan wisata paling terkenal di Indonesia dan banyak orang asing. Serangan teroris di Bali mengakibatkan korban dalam jumlah massal pengaruh bom Bali di dunia bersifat menglobal secara cepat karena dengan mudah dapat diakses melalui media international. 

Posisi Bali yang terbuka sehingga menjadikan Bali soft target serangan teroris yakni melalui pantai Bali yang terbuka membentang lebih kurang 400 km. Selain itu, sebagai daerah tujuan pariwisata, masyarakat Bali yang ramah tamah dimanfaatkan oleh kelompok mereka untuk melakukan penyusupan. Dari berbagai media cetak dan elektronik kelompok ISIS telah menyebar dan masuk ke Indonesia diantaranya di Jambi, Ambon, Depok, Tasikmalaya, Bekasi, Yogyakarta, Solo dan Sulawesi Tengah.

Di sini perekrutan anggota kelompok ISIS didominasi oleh pemuda dibawah 50 Tahun dengan cara memasuki kampung Islam radikal dengan mensosialisasikan ditempat ibadah maupun ditempat pendidikan untuk merekrutnya. Kelompok ISIS memiliki tujuan mengubah idiologi Pancasila dengan tujuan khilafah Islamiyah. Jika kita runut perjalanan sejarah bangsa Indonesia mempunyai pengalaman pahit tentang keberadaan paham radikal di tanah air. 

Radikalisme baik ekstrem kanan maupun kiri beberapa kali melakukan pemberontakan terhadap NKRI seperti PKI, Darul Islam-Tentara Islam Indonesia mapun G-30S PKI. Keberhasilan bangsa Indonesia dalam menumpas setiap pemberontakan tidak terlepas dari keberadaan Pancasila sebagai ideologi negara yang menjadi landasan pemersatu bangsa. Indonesia menjadi ladang subur bagi tumbuhnya radikalisme tidak terlepas dari kondisi masyarakat dan geografis Indonesia. 

Masyarakat Indonesia yang sebagian besar hidup dalam kemiskinan, kebodohan dan bertempat tinggal di daerah terpencil sangat mudah dihasut untuk mengikuti ajaran tertentu yang bertentangan dengan idiologi negara. “Era reformasi yang membuka keran kebebasan serta dicabutnya penetapan Pancasila sebagai azas tunggal memberi angin segar bagi perkembangan radikalisme ditanah air”

Upaya Pencegahan
Akar kekerasan di Indonesia adalah lemahnya penegakan hukum dan pembinaan budi pekerti. Suatu tindakan kekerasan yang terorganisir dengan rapi yang sulit ditangani oleh pihak penegak keamanan sudah pasti berkaitan dengan kondisi ekonomi dan politik yang sangat labil. Kondisi sosial yang tidak stabil, kepemimpinan nasional dan regional yang lemah, kehidupan ekonomi yang tidak dapat mengatasi kemiskinan dan pengangguran serta tingkat moralitas masyarakat yang mengalami degradasi, merupakan lahan subur bagi berkembangnya bibit teroris. 

Langkah-langkah untuk mengatasi terorisme dan kekerasan, yakni seluruh komponen bangsa harus memiliki kesadaran kolektif untuk menjaga ketertiban umum dan keamanan melalui pendekatan preventif dan kejiwaan serta moralitas sehingga tercipta stabilitas sosial dan politik yang pada akhirnya melahirkan pemerintahan yang kuat namun tetap dengan pendekatan sistem demokrasi yang hakiki. Pemangku kebijakan, politisi dan pemimpin sosial keagamaan harus menghindari konflik internal dan kembali membangun kesepakatan bersama untuk memerangi gejala tindak kekerasan dan pelanggaran hukum. 

Penduduk miskin dan pengangguran harus cepat ditangani agar tidak terjadi ketimpangan ekonomi yang semakin melebar yang dapat menimbulkan kerawanan. Pengaruh situasi perpolitikan internasional harus diantisipasi dan diberi perhatian khusus karena mereka memiliki jaringan eksternal yang kuat, terutama masalah ketergantungan pendanaan dari donatur luar negeri. 

Sementara itu, upaya mencegah penyebaran paham ISIS, perlu dilakukan upaya sosisalisasi oleh semua pihak, dengan mengoptimalkan peran aparat keamanan dan Pemkab Maros, serta tokoh masyarakat, tokoh agama dan tokoh adat untuk memberikan pemahaman kepada lingkungannya masing-masing tentang bahaya ISIS dan menghimbau agar lebih waspada dan selektif untuk mengkuti kegiatan keagamaan. Sementara itu, sebagai upaya jangka panjang, pemahaman tentang nasionalisme dan keagamaan perlu diintesifkan sejak dini, mulai dari pendidikan dasar sampai dengan perguruan tinggi, sehingga dapat menangkal paham lain yang dapat membahayakan NKRI. 

Perlunya melakukan pendataan ulang terkait sekretariat dan pengurus ormas Islam, serta LSM yang tersebar di seluruh Indonesia, dengan melibatkan unsur pemerintah desa, dan Babinharkamtibmas (Polsek dan Koramil) dalam rangka cegah dini, dan deteksi dini munculnya aliran/kelompok ISIS di Indonesia. Untuk itu, kita harus mengenali kelompok radikalisme dan baru bisa mengantisipasi untuk pencegahannya. Sebab kelompok Radikalisme adalah pemahaman agama tertutup dan tekstural serta pemahaman syariat agama yang kaku. Penanggulangan gerakan radikalisme di pedesaan, karena biasanya desa adalah basis terorisme. 

Awasi anak anak kita kalau ada perubahan yang dragtis biasanya jarang mengaji atau mendadak sering mengaji dan ke masjid. Setelah mengawasi keluarga sendiri, baru menginjak ke tetangga dan rekan-rekan untuk mengawasi lingkungan anak anak yang mengajinya aneh. Perlu diketahui sifat radikal yaitu sikap fanatik, sikap tidak toleran, sikap eksklusif dan sikap revolusioner. Sedangkan, incaran perekrutan kelompok radikal adalah generasi muda, untuk itu kita harus mengawasi dan mengarahkan generasi muda ke hal yang positif. 

ISIS yang sudah menjalar ke seluruh dunia merupakan jaringan radikalisme yang harus mampu dilawan dan diredamkan demi menjaga keutuhan NKRI yang sudah menjadi harga mati bagi rakyat Indonesia. ISIS merupakan virus yang harus dikoreksi keberadaannya dan kita sebagai kaum intelektual harus berani memilah memilah gerakan mana yang non-radikal dan yang radikal. Oleh karena itu, kita semua tahu bahwa ISIS adalah oknum radikaisme yang harus kita jauhi dan ditolak dari muka bumi ini.

Semangat Nasionalisme Pancasila
Semangat nasionalisme dan kebangsaan mahasiswa sebagai generasi muda penerus bangsa perlu terus ditingkatkan. Hal ini diperlukan guna memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa. Wawasan kebangsaan merupakan cara pandang terhadap bangsa dan lingkungan. Hal ini berkaitan erat dengan ketahanan nasional Indonesia dari pengaruh-pengaruh asing yang masuk ke Indonesia. Oleh karena itu, para mahasiswa harus dapat bersaing dan mengantisipasi berbagai pengaruh nilai-nilai sosial budaya yang dapat mempengaruhi bangsa di era globalisasi. Realitas dan tantangan yang dihadapi Indonesia saat ini salah satunya mencakup semakin meluasnya budaya individualistik dengan nilai-nilai asing. 

Hal ini dapat mengancam persatuan dan kesatuan bangsa bila terus berkembang. Oleh karena itu, pemahaman terhadap wawasan kebangsaan dan nilai-nilai Pancasila perlu terus diperkuat dengan mengedepankan kearifan lokal dan nilai-nilai persatuan nasional. Wawasan kebangsaan secara sederhana merupakan cara pandang bangsa terhadap diri sendiri dan lingkungan yang dilandasi nilai-nilai Pancasila. Hal ini harus menjadi karakter bangsa. Wawasan kebangsaan dapat diresapi dari semboyan bhineka tunggal ika. Hal ini sangat penting dalam rangka menjaga perpecahan dan adu domba terhadap bangsa Indonesia. 

Oleh karena itu, segala kegiatan yang bertentangan dengan nilai persatuan bangsa harus dicegah dan diberantas. Bhineka Tunggal Ika falsafah bangsa yang terbingkai dalam pancasila ini adalah kristalisasi nilai-nilai luhur yang digali para sesepuh dan pendahulu bangsa sebagai mutiara bijak yang sungguh bernilai petuah, saat nilai-nilai kebaikan sebagai pedoman langkah dan perilaku manusia mulai dilupakan maka peradaban manusia akan hancur dan masa depan suatu bangsa akan suram. Kelompok ISIS sudah bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, Jadi eksistensinya harus di tolak untuk keutuhan NKRI.

*) Pemerhati Masalah Kebangsaan Tinggal di Jakarta