Ini yang Perlu Dibenahi Pemkab Anambas Terkait Layanan Kesehatan di RSL Palmatak
Oleh : Fredy Silalahi
Selasa | 17-10-2017 | 11:50 WIB
haris-di-RSL.jpg
Bupati Kepulauan Anambas, Abdul Haris bersama rombongan saat meninjau rumah sakit lapangan (RSL) di Palmatak. (Foto: Fredy Silalahi)

BATAMTODAY.COM, Anambas - Masyarakat Palmatak resah terhadap pelayanan kesehatan. Selain dokter kurang berperan, Rumah Sakit Lapangan (RSL) Palmatak juga kekurangan sarana dan prasarana.

Perwakilan masyarakat Palmatak, Acok Baso, berharap pemerintah daerah merekrut dokter anestesis agar peran dokter spesialis dan dokter umum dapat dirasakan masyarakat.

"Dokter anestesis tidak ada, sehingga peran dokter yang ada saat ini tidak maksimal. Itu merupakan tugas Pemda untuk memaksimalkan pelayanan kesehatan," ujar Acok Baso, Selasa(17/10/2017).

Selain itu, kata Acok, Pemda juga segera memperbaiki alat rontgen (radiologi) agar dapat dimanfaatkan masyarakat. "Tolong segera diperbaiki, untuk ronsen kadang kita harus dirujuk lagi atau inisiatif sendiri ke luar daerah. Pasti butuh biaya dan waktu," pintanya.

Sementara Amarullah, tokoh masyarakat lainnya, mengeluhkan RSL yang juga tidak memiliki obat yang dibutuhkan masyarakat. Dia menceritakan, belum lama ini salah satu warga Palmatak digigit ular dan meninggal akibat tidak ada obat.

"Obat juga kekurangan, saudara kita baru kena gigit ular tetapi meninggal karena obat tidak ada. Ini yang dikesalkan keluarga korban," urainya.

Menanggapi hal tersebut, Kabid Kesehatan Masyarakat, Dinas Kesehatan, Rini mengatakan sebelumnya dokter anestesis untuk Anambas sudah ada. Namun, dibatalkan oleh Kemenkes.

"Sebelumnya ada dokter anestesis tetapi sebelum berangkat ke Anambas, dokter tersebut dibatalkan kementerian. Masyarakat harus sabar dulu, kita juga berupaya untuk mendatangkan dokter anestesis melalui kementerian kesehatan," terangnya.

Bupati Kabupaten Kepulauan Anambas, Abdul Haris mengatakan ketersediaan obat terbatas akan dilakukan evaluasi pada penganggaran. "Untuk obat perlu anggaran rutin, sehingga obat tak sempat putus. Tahun depan (2018) penganggaran obat harus dirubah, karena ada juga keterbatasan masa konsumsi," jelasnya.

Sebelumnya Haris juga mengakui, kelemahan tenaga medis untuk memberi pelayanan maksimal terkendala pada fasilitas. Namun, meski demikian tidak semua keluhan masyarakat harus dirujuk ke Tanjungpinang.

"Saya sudah mendapat laporan dari Tanjungpinang, bahwa ada pasien yang bisa ditangani di Anambas tetapi kok dirujuk. Jadi apa tugas dokter disini,"ungkapnya dengan nada berang.

Haris juga menguraikan, Anambas sangat membutuhkan banyak dokter umum maupun spesialis yang profesional.

"Kita berada di daerah perbatasan, dan letak geografis kita berada di pulau-pulau. Untuk merujuk mungkin butuh waktu, dan menjadi pertimbangan kondisi kesehatan masyarakat. Daerah juga sangat kekurangan dokter spesialis, tetapi yang ada ini tolong bekerja maksimal dan memberikan pelayanan yang baik kepada masyarakat, karena kesehatan juga menyangkut nyawa," demikian Abdul Haris.

Editor: Gokli