Hanya Karena Titik Koma, Harus Menunggu UKW Berikutnya
Oleh : Charles Sitompul
Jum\'at | 26-05-2017 | 08:24 WIB
ukw-ke-8-01.gif
Ketua Tim Penguji UKW PWI Kepri ke-8 Widodo sedang mengumumkan hasil ujian. (Foto: Saibansah)

KERJA seorang wartawan memang penuh tekanan dan harus teliti. Salah menulis kalimat dan meletakkan titik atau koma, maka makna kata pun akan berubah. Dan memilih profesi wartawan, ibarat meletakkan satu kaki di penjara dan kaki lainnya di alam bebas. Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Charles Sitompul yang juga peserta UKW PWI Kepri ke-8.

Menjadi seorang wartawan kompeten itu, kata Ketua PWI Kepri Ramon Damora, harus lulus dulu Uji Kompetensi Wartawan, UKW. Anda lulus, itulah lebel yang menyatakan anda wartawan kompeten dan tersertifikasi.

Itulah yang membuat sebanyak 44 beruntung bisa ikut UKW PWI Kepri ke-8 tingkat Muda, Madya dan Utama yang digelar di Hotel Hermes Gunung Kijang Bintan Provinsi Kepri Senin-Selasa, 22-23 Mei 2017 lalu.

Mendatangkan 5 penguji UKW bersertifikat dari Dewan Pers, sebnayak 44 wartawan Muda, Madya dan Utama yang mengikuti UKW. Bak menghadapi "sang malaikat pencabut nyawa".

Di hari pertama ujian, 44 wartawan diadu ketangkasan dan keahlianya dalam merencanakan liputan, mencari, dan membuat kutipan-kutipan informasi, menjadi sebuah berita utuh untuk disuguhkan pada masyarakat, yang tentunya sesuai dengan kaidah dan etika jurnalistik.

Dengan muka serius, terdengar seorang penguji di meja kelompok sebelah menggerutu, "Model apa berita yang kau buat ini," kata sang penguji kepada peserta UKW Muda saat itu. Sedangkan di meja kelompok lain, ada yang tertawa, Namun tak berapa lama, raut wajah itu kembali berubah, serius dan kusut hingga akhirnya senyap.

Tak berselang lama, seorang penguji UKW Madya, Hermansyah, beranjak dari kursi tempat duduknya, "Mana...? ada yang sudah siap..? Cepat waktu tinggal 10 menit lagi."

Satu persatu, peserta UKW Madya yang diuji beranjak dari tempat duduk-nya, menyerahkan kertas lembar berita yang menurutnya sudah utuh dan telah siap disunting. Namun ketika diperiksa, Ketua PWI Sumut itu kembali menggerutu, "Judul beritamu sudah bagus, tapi huruf tulisanmu kok ada yang berlebih, mana titiknya ini...?

Ketua PWI Sumut itu juga sempat bertanya, apakah selama ini wartawan yang sedang diuji-nya sudah pernah jadi redaktur. Dijawab wartawan, "Belum pernah pak, dan sering di lapangan meliput dan melaporkan hasil liputan." "Nah tulisanmu ini, titik komanya salah, iya kan?" lanjutnya.

Seorang redaktur, tambahnya, harus teliti, tidak boleh ada kekurangan saat mengedit dan menyunting berita wartawan. "Baik kalimat, titik dan koma. Karena ketika kalimat dan titik koma salah, maka makna dan arti kalimat di dalam berita itu pun akan berubah," tegasnya.

Lembar jawaban sudah selesai diperiksa, sang wartawan dipersilahkan kembali ke tempat, tak ada kata untuk memperbaiki, yang ada, hanya permintaan agar wartawan itu mengerjakan materi mata uji berikutnya, Rapat Redaksi Evaluasi Pemberitaan yang akan terbit.

Menjalang 5 menit pelaksanaan ujian berakhir, sang penguji kembali memanggil wartawan tadi. "Jadi bagaimana ini, tulisan mu yang tadi masih banyak salah titik komanya, dan kamu belum bisa menjadi wartawan Madya Kompeten," ujarnya dengan nada serius.

Saat itu, sang wartawan tak bisa membantah, dengan nada memberikan dukungan, penguji yang terlihat banyak diam dan hanya sesekali berbicara itu, menyarankan pada wartawan itu, untuk mengikuti UKW berikutnya. "Tak apalah yah, hari ini kamu belum lulus, coba nanti ikuti UKW berikutnya yah," ujarnya menyarankan.

Ibarat seorang pengemudi, mengendari motor atau mobil memang harus ekstra teliti dan hati-hati, kendati punya SIM, si pengemudi itu tak boleh salah memacu kendaraanya. Pertanyaanya, apakah semua pengemudi yang sudah memiliki SIM A atau B tidak pernah salah melihat rambu dan memijak pedal gas hingga mengalami kecelakaan? Tentu, bisa saja.

Namun itulah dinamika UKW, hasilnya, dari 44 Wartawan yang mengikuti ujian, hanya 36 orang wartawan dinyatakan kompeten. Sementara 8 orang lainya gugur.

Hanya karena satu kalimat, titik dan koma itu, sang wartawan gagal meraih posisi sebagai wartawan kompeten. Dan harus bersabar menunggu UKW berikutnya. Itulah UKW, tak peduli siapa Anda, dari media apa Anda, kalau tak kompeten ya tak lulus. Begitu!

Editor: Dardani