Jual Beli Lapak di Pasar Tradisional sudah Terjadi sejak Belasan Tahun
Oleh : Habibi Kasim
Minggu | 19-02-2017 | 16:00 WIB
pedagang_tanjungpinang.jpg

Pedagang pasar tradisional di Tanjungpinang,untuk mendapatkan lapak para pedagang harus membeli atau menyewanya dengan harga mahal kepada oknum BUMD Tanjungpinang (Foto: Habibi/BATAMTODAY.COM)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Tim Sapu Bersih Pungutan Liar (Saber Pungli) Polda Kepulauan Riau (Kepri) belum lama ini melakukan operasi tangkap tangan (OTT) terhadap salah satu karyawan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kota Tanjungpinang.

OTT tersebut dilakukan setelah diketahui adanya dugaan penjualan lapak di Pasar Tradisional Bintan Centre diatas batas harga yang telah ditetapkan oleh BUMD. Jual beli lapak oleh oknum di BUMD Tanjungpinang itu, ditengarai sudah terjadi belasan tahun yang lalu.

Dari informasi yang didapat dari salah satu pedagang sayur di kawasan Pasar Bintan Centre, yang mengaku sudah belasan tahun duduk di pasar tersebut, penjualan harga lapak di pasar tradisional sudah menjadi rahasia umum dan menjadi permainan oknum BUMD sejak lama.

Bahkan, sumber mengatakan oknum BUMD yang "bermain kios" memiliki kaki tangan seorang pedagang yang juga ikut menjual atau menyewakan lapak.

"Sudah 16 tahun saya duduk di sini, dan permainannya sama. Ada pedagang yang entah dari mana dapat lapak sampai 5 meja, terus meja itu dijual ke pedagang lain dengan harga tinggi," ujar sumber di pasar Bintan Centre, Minggu (19/2/2017).

Pada tahun 2000-an, lanjutnya, untuk sewa saja sudah Rp5 juta. Sekarang sudah mau Rp10 juta. "Ada juga oknum BUMD yang bermain, saya dapat info modusnya seperti lelang tertutup, siapa yang berani bayar mahal, dia yang tempati," tuturnya lagi.

Pria yang telah lama berdagang sayuran ini mengatakan, para pedagang tidak berani melaporkan karena takut jika lahannya "digusur" oleh pihak BUMD. Sehingga permainan tersebut tidak tercium oleh aparat penegak hukum, meskipun bukan rahasia umum lagi.

"Macam mana, kalau dilaporkan lapak kita ditarik. Mau makan apa lagi nanti. Makanya pedagang main diam saja, tau sama tau sajalah. Ini juga bukan rahasia umum lagi, orang BUMD juga taulah siapa saja yang bermain," tutur sumber seraya meminta namanya tidak ditulis.

Menurutnya, yang menjadi pemain utama adalah oknum-oknum di BUMD, bukan pedagangnya. "Pedagang ini istilahnya cuma numpang. Siapa yang mulai bermain, ya yang punya lapak. Kalau pemain tidak mulai, yang kami pedagang ini mana berani," tuturnya.

Dia mengatakan, sejak masa Walikota Tanjungpinang Suryatatik A. Manan hingga hingga Lis Darmansyah, kegiatan jual beli lapak tersebut bukan hal yang luar biasa.

Namun, dengan adanya penangkapan kemarin, para pedagang mengaku khawatir juga dengan nasib mereka. "Ya takutlah, nanti setelah ada penangkapan itu, semua ditertibkan, kalau ketemu yang salah langsung di gusur, makanya pedagang sini was-was. Kalau saya, mudah-mudahan tidak masalah, karena tempat saya ini sudah saya beli sejak dulu," tuturnya.

Terkait aliran dana, pedagang tersebut mengatakan, pemegang dana terbesar adalah BUMD dan pedagang yang mendapatkan lapak banyak, kemudian disewakan. "Itu tinggal permainan mereka saja, saya tidak ikut campur," tuturnya.

Editor: Surya