Tembus Harga Rp80 ribu Sekilo

Harga Cabai Rawit di Tanjungpinang Kian Melambung
Oleh : Habibi
Jum'at | 10-02-2017 | 12:38 WIB
Cabai-masih-tinggi1.jpg

Pedagang di Pasar Tradisional Pelantar KUD Tanjungpinang. (Foto: Habibi)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Tentunya kalimat "kecil-kecil cabai rawit" sudah sangat terkenal di Indonesia, karena meskipun kecil, pedasnya melebihi cabai-cabai yang lain. Namun beberapa bulan terakhir, cabai rawit terkenal bukan hanya karena kepedasannya, khusus di Tanjungpinang, cabai ini juga terkenal dengan harganya yang juga sangat "pedas" dikantong para ibu rumah tangga.

Hingga Februari 2017, harga cabai kecil ini masih menjadi juara di pasar tradisional Tanjungpinang, bahkan jauh meninggalkan harga cabai lainnya.

Rika, salah satu pedagang cabai dikawasan pasar tradisional Pelantar KUD Tanjungpinang mengatakan harga cabai rawit tembus Rp80 ribu perkilonya diminggu kedua bulan Februari ini. Angka tersebut naik dari sebelumnya hanya Rp65 ribu perkilo pada bulan Februari.

"Kalau cabai, yang paling tinggi memang cabai rawit, harganya mau Rp. 80 ribu perkilo, dulu (Januari) hanya Rp. 65 ribu perkilo," tutur Rika saat ditemui di pasar tradisional Pelantar KUD Tanjungpinang, Jumat (10/2/2017).

Jika dibandingkan dengan harga cabai hijau dan cabai merah, memang sangat jauh sekali. Harga cabai hijau saja hanya Rp. 35 ribu perkilo, sementara itu cabai merah Rp. 60 ribu.

"Harga cabai merah juga tinggi kalau sudah tembus diatas Rp. 50 ribu. Tapi, jika dibandingkan dengan cabai rawit tentu cabai rawit yang melonjak," tutur Rika.

Kenaikan ini kata Dia disebabkan oleh pasokan dari penyalur yang sedikit. Selain itu dipengaruhi juga keadaan angin laut yang membuat penyaluran barang jadi terhambat.
"Makanya harga lumayan naik, apalagi musim angin Utara seperti sekarang ini," tutur Rika.

Prediksi harga turun dimungkinkan pada akhir Maret atau awal April dimana sudah masuk angin timur. "Tapi kita tidak jamin, karena pada saat itu malah musim kemarau," terang Rika.

Rika mengaku berharap harga bisa stabil sesuai dengan kemampuan kantong konsumennya. Pasalnya, menurut dia, bukan hanya konsumen yang mengeluh jika harga naik, pedagang juga akan "tepuk jidad" jika harga baik.

"Kurang laku, pembelinya tidak banyak, sementara ini barang bisa rusak, paling tahan berapa hari saja. Kita juga berharap harganya segera turunlah," tutur Rika.

Editor: Yudha