Seni Melayu Mati Suri, Penggiat Seni Harapkan Pemerintah Melek
Oleh : Habibie Khasim
Rabu | 11-01-2017 | 18:02 WIB
Musik-ghazal.gif

Seni budaya Melayu dinilai mati suri, karena tidak adanya dukungan penuh dari pemerintah guna mengapresiasi segala seni dan budaya yang ada.(Sumber foto: pantheraboy.blogspot.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Pelaku seni di Tanjungpinang sepertinya telah gerah dengan kurangnya partisipasi pemerintah dalam mengembangkan seni dan budaya lokal, khususnya Melayu. Seni budaya Melayu dinilai mati suri, karena tidak adanya dukungan penuh dari pemerintah guna mengapresiasi segala seni dan budaya yang ada.

Padahal, Kepulauan Riau sangat kaya akan seni dan budaya. Namun, pemerintah seperti tutup mata dan dinilai hanya mementingkan kepentingan masing-masing.

Hal itu dikatakan oleh salah satu penggiat seni dan budaya di Tanjungpinang, Maliq. Dia mengatakan, budaya Melayu dan seni saat ini hanya sebatas ucapan belaka, sementara implementasi untuk mengembangkan dan menduniakan seni dan budaya lokal belum terlihat.

"Melihat dari kegiatan tahunan yang diadakan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, yaitu FLS2N, tidak jarang para pelaku seni mendapatkan jawaban tidak ada anggaran. Sehingga para peserta yang dikirimkan hanya menggunakan jari telunjuk, lalu berangkat, menang atau tidak urusan nanti. Ini bentuk ketidak-seriusan pemerintah, ini dari sisi para pelajar," tutur Maliq saat diwawancarai, Rabu (11/1/2017).

Maliq sangat mengkritisi hal tersebut. Pasalnya, para pelajar sejatinya sangat bangga dan sangat ingin mewakili Kepri ke kancah Nasional. Namun, karena main "tunjuk" tanpa audisi, itu membuat para peserta yang "tergugurkan" menjadi down dan akhirnya malas untuk menggeluti seni dan budaya.

"Bicara peduli seni seperti iklan, harusnya kepedulian itu dibentuk dengan mengayomi seniman, memberikan tempat, benar-benar diperhatikan, sehingga para pelaku seni juga aktif," tutur Maliq.

Pemain gambus ini juga mengomentari peran Dewan Kesenian yang juga tidak terlihat. Padahal, tugas Dewan Kesenian adalah melakukan peningkatan untuk seni budaya dan pelakunya.

"Dewan kesenian jangan merangkul seniman tertentu saja, tapi menyeluruh, sehingga ada semangat bersama," tuturnya.

Maliq mengatakan, seni dan budaya sudah sangat wajib masuk dalam visi dan misi setiap kepala daerah. Ini bertujuan agar setiap pergantian kepala daerah, seni dan budaya tidak mati, dan ada semangat secara turun temurun untuk generasi selanjutnya.

"Saat kampanye semuanya diayomi, tapi setelah terpilih, bahasa memajukan seni dan budaya hilang, dicoret dan diganti dengan proyek yang menguntungkan," tutur Maliq geram.

Pemerintah sangat sering mengingatkan kepada generasi muda agar tidak mudah terprovokasi budaya luar. Namun, itu hanya statemen resmi demi menjalankan tugas sebagai pejabat saja, sementara tindakan untuk itu, khususnya memajukan seni dan budaya lokal tidak ada.

"Padahal sering digaungkan dan pemerintah sering mengatakan jangan terprovokasi dengan budaya luar, namun kearifan lokal pun tidak ditingkatkan, lemah, makanya, sering generasi muda sekarang lebih suka budaya luar, karena untuk menangkisnya tidak ada, budaya kita tidak terlihat keren karena dia memang tidak terlihat, gaungnya saja yang terdengar," tutur Maliq.

Makanya, untuk tahun 2017 ini, Maliq berharap, pemerintah mulai peduli terhadap seni dan budaya, karena itu yang mencerminkan keragaman. Maliq mengharapkan pemerintah menyediakan wadah untuk seniman berekspresi, selain itu dukungan yang fokus untuk pengembangannya.

Editor: Udin