Mahasiswa Kepri Unjuk Rasa Tolak Kedatangan Jokowi-JK
Oleh : Roland Aritonang
Kamis | 27-10-2016 | 12:29 WIB
Mahasiwa-Tolak-Jokowi1.jpg

Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Rumpun Mahasiswa dan Pemuda Melayu se-Provinsi Kepulauan Riau ‎menggelar aksi orasi menolak kedatangan Jokowi-JK ke Kepri. (Foto: Fredy)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Sejumlah mahasiswa yang tergabung dalam Rumpun Mahasiswa dan Pemuda Melayu se-Provinsi Kepulauan Riau ‎menggelar aksi orasi menolak kedatangan Jokowi-JK ke Kepri karena dinilai selama dua tahun kepemimpinanya minim prestasi, Kamis (27/10/2016).

Pantauan dilapangan, terlihat sejumlah mahasiswa melakukan orasi di depan Lapangan Pamedan jalan Ahmad Yani Tanjungpinang. Sedangkan aparat Kepolisian dari Polres Tanjungpinang tampak melakukan pengamanan jalannya unjuk rasa.

Dalam orasinya evaluasi selama dua tahun kepemimpinan rezim Jokowi-JK terdapat 13 tuntutan dan mereka meminta kepada Presiden untuk memperhatikan Provinsi Kepri dari keterpurukan moral yang dilakukan petinggi-petinggi yang ada di kepri.

"Masih banyaknya masyarakat yang tidak memiliki pekerjaan dikarenakan minimnya lapangan pekerjaan di Kepri, tolong itu diperhatikan," ujar Juhardi salah satu orator aksi.

Selain itu, ia juga mengatakan aksi mereka hari ini sebagai wujud kekecewaan mahasiswa atas kepemimpinan Jokowi -JK.

Sementara itu, Juandi yang merupakan Korlap Rumah Melayu - Kepri dalam orasinya mengatakan bahwa kedatangan presiden ke Tanjunpinang hanya untuk melihat kekayaan alam tanpa mempehatikan nasib warganya yang kesulitan mendapat pekerjaan.

"Kita lihat saja ada sekitar 10 ribu lapangan pekerjaan yang ada di Indonesia, yang pekerjanya adalah orang asing, contohnya saja pekerja asing banyak di temukan di Kota Batam," katanya.

Lebih lanjut, ia menyatakan keresahan terhadap kondisi bangsa mendorong para mahasiswa dan pemuda daerah Kepri yang terdiri dari berbagai macam latar belakang maupun daerah menyatukan tekad bergerak bersama mengingatkan rezim yang sedang berkuasa saat ini bahwa negara di ambang bahaya dan harus diselamatkan.

"Negara diambang bahaya dan harus diselamatkan," pungkasnya.

Editor: Yudha