Unjuk Rasa Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Pulau Tujuh Nyaris Bentrok di Pelabuhan SBP
Oleh : Roland Hasudungan Aritonang
Selasa | 04-10-2016 | 14:50 WIB
Aksi-demo-masyarakat-anambas.gif

Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Pulau Tujuh Kepulauan Anambas-Natunan-Tambelan di Kota Tanjungpinang menggelar aksi unjuk rasa di depan Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang menuntut agar KSOP II Tanjungpinang membuka rute kapal ferry Anambas-Tanjungpinang (Foto: Roland Hasudungan Aritonang)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Aliansi Masyarakat dan Mahasiswa Pulau Tujuh Kepulauan Anambas-Natunan-Tambelan di Kota Tanjungpinang menggelar aksi unjuk rasa di depan Pelabuhan Sri Bintan Pura (SBP) Tanjungpinang, Selasa (4/10/2016). Aksi pengunjuk rasa ini nyaris bentrok dengan aparat kepolisa‎n Polres Tanjungpinang.

Pantauan di lapangan, massa tidak terima dengan perlakuan Kepala KSOP II Tanjungpinang yang tidak menepati janjinya untuk memberikan izin pelayaran ferry rute Tanjungpinang ke Anambas, sehingga massa kesal dan melakukan aksi saling dorong dengan petugas kepolisian.

Padahal, aksi damai itu awalnya bertujuan meminta agar Kepala KSOP Kelas II Tanjungpinang memberikan kejelasan terkait rute transportasi tersebut.

Hanya saja, massa tidak percaya begitu saja sebelum kepala KSOP mendatangani perjanjian di atas kertas yang menegaskan, apabila Kepala KSOP tidak menepati janjinya, maka dirinya siap dicopot dari jabatannya.

Mirisnya, Kepala KSOP tetap tidak menanggapi permintaan demonstarn dan malah pergi begitu saja melenggang meninggalkan pengunjuk rasa, serta kembali ke Kantor KSOP Kelas II Tanjungpinang, sehingga suasana di lokasi jadi memanas.

Koordinator lapangan, Edi Susanto mengatakan, kapal Ferry itu dipolitisir oleh Kepala KSOP Kelas II Tanjungpinang yang mengatakan, telah melakukan pengecekan kapal, padahal itu tidak dilakukannya. Selain itu, Kepala KSOP Kelas II Tanjungpinang juga mengatakan kapal tersebut tidak layak, tanpa adanya bukti tertulis.

"Inilah bukti sentimen pribadi. Padahal surat Kementerian Perhubungan menerangkan bahwa kapal ini layak dipakai," katanya

Edi menjelaskan, kapal ferry cepat ini sangat diperlukan oleh masyarakat Anambas. Sebab telah berjatuhan korban meninggal dunia dalam perjalanan ke Rumah Sakit Tanjunguban dari Tarempa, akibat lamanya perjalanan karena tidak adanya kapal ferry tersebut.  

"Kenapa meninggal dunia, karena ‎sampai di Batam, kapal ke Tanjungpinang sudah tidak ada lagi, sebab  pada saat itu sudah pukul 18:00 WIB, sehingga harus melalui Tanjunguban dan meninggal dunia di sana," ungkapnya.

Kejadian lainnya ungkap Edy lagi, pasien mengalami kritis sampai di Rumah Sakit Tanjunguban dan kejadian terakhir, korban meninggal di dalam kapal tiga hari yang lalu akibat kelamaan menunggu rute kapal ferry cepat.

Sehingga, transportasi ferry cepat rute Tanjungpinang-Anambas sangat diperlukan, mengingat tranportasi dari Anambas ke Batam, harus mengeluarkan biaya yang sangat tinggi. Sementara kalau dari Ke Tanjungpinang, tidak sebesar itu.

"Jadi kami meminta kepada pemerintah untuk memberikan transportasi kepada masyarakat Anambas," pungkasnya. ‎

‎Bahkan, Edy mengancam, jika belum mendapatkan jawaban atas tuntutan mereka, maka mereka akan melakukan unjuk rasa di depan Presiden RI saat kunjungannya ke Natuna besok, Rabu (5/10/2016).

Editor: Udin