Mayoritas Masyarakat Pelantar Buang Sampah di Laut
Oleh : Habibie Khasim
Selasa | 23-08-2016 | 19:14 WIB
Sampah-di-Plantar-II-TPI.jpg

Sampah yag menumpuk di laut Pelantar II Tanjungpinang (Foto: Habibie Khasim)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Pemerintah Kota Tanjungpinang sedang menyiapkan semua hal untuk menyukseskan festival Bahari yang tidak lama lagi akan dilaksanakan. 

Persiapan tersebut salah satunya adalah perang terhadap sampah laut yang memang mayoritas kegiatan dilakukan di Laut Tanjungpinang. Namun ternyata, mayoritas masyarakat Pelantar hingga sekarang ini masih juga membuang sampah di laut.

Hal itu didapat dari hasil wawancara BATAMTODAY.COM dengan beberapa narasumber di kawasan Pelantar I, Pelantar II, Pelantar III, Pelantar Penyengat dan Pelantar warga di kawasan Batu Hitam dan Tanjung Unggat.

Beberapa sumber mengakui, masyarakat memang susah diatur, laut saat ini masih jadi tong sampah terbesar bagi masyarakat pesisir.

"Masyarakat yang punya toko, pendatang, semua yang duduk di Pelantar ini rata-rata sampah kecil sekalipun dibuang kelaut," ujar Muslim, salah satu tukang ojek yang sering mangkal di kawasan Pelantar KUD Tanjungpinang, Selasa (23/8/2016).

Susah memang, masing-masing masyarakat ada yang mengaku khilaf karena sudah terbiasa. Ada juga yang diduga sengaja buang sampah ke laut, ada yang berasalan tidak ada tong sampah dan tempat pembuangan sampah umum jauh dari rumah.

Jenis sampah yang sering dibuang seperti tulang-tulangan, sampah plastik, sampah obat, pembalut dan pampers anak, makanan basi, hingga sampah alumunium dan kaleng-kalengan. Semua sampah ini memang berasal dari rumah tangga.

"Saya memang ada tempat sampah, dan biasanya nitip sama pemungut sampah harian. Tapi kadang namanya tangan, khilaf juga bang, karena sudah terbiasa," ujar Rosdiana, warga Kelurahan Tanjung Unggat yang tinggal di Pelantar kawasan Jalan Sultan Machmud.

Memang, kebanyakan masyarakat mengaku sudah terbiasa membuang sampah di laut. Bahkan ada tong sampah pun yang disediakan, masih juga membuang sampah di laut. Kemudian untuk pendatang, itu biasanya di Pelabuhan dan Pelantar KUD yang merupakan pintu masuk masyarakat Pulau ke Tanjungpinang.

Masyarakat pendatang disebut sangat ringan tangan buang sampah ke laut, setelah selesai memakan atau minum sesuatu. Namun, tetap masyarakat menyalahkan pemerintah karena memang tidak terlihat satupun tong sampah dikawasan pelantar yang sibuk seperti KUD, Pelantar I ataupun Pelantar II. Alhasil, laut pun jadi alternatif yang sangat bagus untuk membuang sampah.

Memang menurut Kepala Dinas Pariwisata, Kebudayaan dan Ekonomi Kreatif (Disparekraf) Kota Tanjungpinang, Juramadi Esram mengatakan, bahwa hal itu sudah menjafi perilaku masyarakat, sehingga memang agak susah untuk menghentikan jika tidak karena diri sendiri.

Hal itu juga dikatakan oleh Wakil Walikota Tanjungpinang, Syahrul, bahwa masyarakat pesisir baik yang susah ataupun yang sudah modern, tetap berprilaku seperti itu. Makanya, melalui Eco Herpes nanti kata Syahrul, pihaknya dan semua stakeholder yang berpartisipasi akan memerangi sampah di laut.

"Kita harapkan, Eco Herpes akan sampai ke Pelantar, kalau tidak pun kita akan mengimbau masyarakat pesisir untuk mengemasi sampah-sampah di laut itu agar bersih," ujar Syahrul.

"Masyarakat Pesisir harusnya mengerti tentang sampah dan tentang dilarangnya buang sampah ke laut. Karena bukan sekali dua kali Pemko Tanjungpinang mengingatkan," ujar Juramadi Esram.

Terkait sampah ini, memang Peraturan Daerahnya telah dirampungkan bahkan telah disahkan. Namun, sayangnya Peraturan Walikota hingga kini belum rampung. Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Riono mengatakan, sedang digodok.

"Buat Perwako ini tidak sembarangan, makanya butuh waktu lama, kita harus benar-benar teliti dan mengukur, karena namanya aturan tentu ada hukumannya, jadi harus benar-benar dibuat dan difikirkan secara matang," ujar Riono.

Editor: Udin