Gegara TKIB, Tak Semua Pelancong Indonesia Bisa Masuk ke Singapura
Oleh : Habibi
Kamis | 30-06-2016 | 17:14 WIB
daniel-simanjuntak.jpg

Kepala Unit Imigrasi Kelas 1 Pelabuhan Sri Bintan Pura, Daniel Simanjuntak.

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Banyaknya Tenaga Kerja Indonesia Bermasalah (TKIB) berimbas pada ketatnya negara tetangga dalam menerima kunjungan warga Indonesia. Khususnya untuk para pelancong yang baru saja masuk, dikatakan Kepala Unit Imigrasi Kelas 1 Pelabuhan Sri Bintan Pura, Daniel Simanjuntak, mereka yang baru saja masuk ke Singapura kemungkinan besar akan ditolak dan dikembalikan ke negara asal.

Menurut Daniel, ini memang ada pengaruhnya denga TKIB yang seringnya menggunakan paspor pelancong untuk masuk ke Singapura, namun ternyata bekerja secara ilegal di negara tersebut. Hal ini yang memicu semakin ketatnya kewaspadaaan pemerintah Singapura terhadap wisawatawan asing yang baru saja masuk.

"Memang Singapura agak ketat dibandingkan Malaysia, Kebanyakan, mereka yang ditolak masuk itu dari Singapura, dan itu memang khusus untuk mereka yang baru saja masuk ke sana, kalau sudah berulang kali, track record-nya sudah ada, ya malah mudah," ujar Daniel saat ditemui di kantornya, Kamis (30/6/2016).

Makanya, kata Daniel, memang tak semua orang yang baru membuat paspor dan ingin melancong bisa masuk ke Singapura. Pertama memang harus ada penjamin dan yang kedua memang nasib-nasiban saja.

"Mereka tidak peduli dengan uang kita banyak, kalau ada gerak gerik yang mencurigakan atau mereka tidak sreg, ya kita dikembalikan. Mungkin jalan utama yang bisa mulus itu masuk kesana ada penjamin dari sana dan kita bawa uang banyak," canda Daniel.

Untuk itu Daniel mengimbau untuk mereka yang baru ingin masuk ke Singapura sebaiknya melengkapi berkas-berkas yang ada dan benar-benar sudah mantap. karena akan merugikan jika harus ditolak kembali ke negara asal.

"Selain itu jangalah seperti TKIB begitu, kalau niatnya mau kerja, urus semua persyaratan dengan sempurna, jadi kerjanya aman, jangan membuat citra jelek lagi, yang rugi malah orang kita di Tanjungpinang ini, sementara TKIB itu dari daerah lain di luar Kepri," tutur Daniel.

Editor: Dodo