Pedagang dan Pemerintah Beda Presepsi Terkait Kenaikan Harga Sembako di Tanjungpinang
Oleh : Habibie Khasim
Jum'at | 10-06-2016 | 11:39 WIB
sembako.jpg

Kenaikan harga sembako disikapi berbeda antara Pemerintah dan pedagang di Tanjungpinang (Sumber foto: beritasatu.com)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Pemerintah mengklaim bahwa ketidak-stabilan harga sembilan bahan pokok (Sembako) di Tanjungpinang, dan bahkan cenderung naik untuk beberapa komoditi, dikarenakan harga dari daerah asal barang tersebut naik.

Sebagian besar alasan pemerintah adalah kenaikan biaya produksi yang naik dari daerah asal, sehingga terpaksa menaikkan harga sembako yang disuplai ke Tanjungpinang.

"Memang naik dari sananya, kita susah juga mau ngomong," ujar Sekretaris Daerah Kota Tanjungpinang, Riono, yang juga merupakan ketua Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Kota Tanjungpinang belum lama ini.

Namun, ada perbedaan persepsi dari kalimat "naik dari sananya" itu, antara pemerintah dengan pedagang. Jika pedagang, mengaku harga sembako naik dari sananya yaitu mulai dari pintu keluar daerah produksi hingga ke pintu masuk Tanjungpinang.

"Kalau dari daerah produksinya memang naik, cuma nggak tinggi. Yang tinggi itu dari sananya, dari pintu keluar hingga pintu masuk Tanjungpinang," ujar salah seorang pedagang di Pelantar KUD Tanjungpinang yang ditemui BATAMTODAY.COM, Jumat (10/6/2016).

Pedagang yang enggan disebutkan namanya ini mengatakan, memang yang dimasukkan ke Tanjungpinang kebanyakan lewat jalur gelap. Sehingga harus banyak upeti yang dibayarkan sejak barang keluar dari daerah produksi, hingga masuk ke Tanjungpinang. "Upeti tersebut mulai dari oknum TNI, Bea Cukai, hingga jatah preman," ujarnya.

"Ada juga yang resmi, namun pengurusannya dibuat berbelit-belit, mungkin nggak dapat ngantongin duit, makanya dibuat sulit. Selain itu katanya, kalau lewat jalur resmi malah lebih mahal biayanya," tambah pedagang tersebut.

Pedagang yang telah banyak membantu menyediakan sembako di Tanjungpinang ini mengaku sangat kewalahan menghadapi aksi premanisme dan palak-memalak barang yang mau masuk ke Tanjungpinang. Namun, hal itu justru harus dilalui untuk menjaga ketersediaan barang dan keamanan barang.

"Kalau nggak ngasi upeti barang ditangkap, dibawa ke ranah hukum, bisa makin repot. Makanya bayar ajalah, yang penting lancar. Toh masyarakat juga butuh barang kita, walaupun sedikit mereka beli," ujar pria yang mengaku sudah 10 tahun berjualan sayur di Pasar KUD Tanjungpinang.

"Jangankan kita, pedagang Cina di pasar ini kayak gitulah mainnya, makanya mereka bisa banyak bawa barang. Mereka sukses di Tanjungpinang, bayar upetinya lancar dan para oknum-oknum itu suka sama Cina karena loyal. Mau jual HP atau jual sayur sekalipun, kalau mereka aman-aman aja," timpalnya lagi.

Dari pantauan BATAMTODAY.COM di Pasar KUD Tanjungpinang, memang harga ayam sudah merangkak naik ke Rp35 ribu dan Rp38 Ribu di Pasar Bintan Centre. Padahal biasanya ayam di pasaran hanya Rp32 ribu sampai Rp33 ribu perkilonya.

Sementara itu, daging yang awalnya hanya Rp120 ribu perkilonya, sejak bulan Ramadan menjadi Rp140 ribu dan bertahan hingga puasa ke-4 sekarang ini.

"Memang naik bang semuanya, udah naik dari sananya," ujar Andi, pedagang daging di kawasan Pelantar KUD.

Editor: Udin