Mahasiswa Tuding Pimpinan Rapat DPRD Kepri Bersekongkol dengan PT WIKA
Oleh : Habibi
Senin | 20-10-2015 | 10:37 WIB
IMG-20151019-01123 (1).jpg
Suasana sidang yang alot di DPRD Provinsi Kepri. (Foto: Habibi)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Hering antara PT Widya Karya (Wika) bersama Anggota Komisi III DPRD Provinsi Kepulauan Riau, Nelayan Dompak dan mahasiswa yang tergabung dalam Jaringan Informasi Mahasiswa (JIM) Tanjungpinnag, berlangsung alot, Senin (18/10/2015).

Melihat semakin panas, Sekretaris Komisi III DPRD Kepri,  Sofian Samsir yang memimpn rapat langsung menutup rapat.

Penghentian rapat sepihak itu disesalkan oleh perwakilan JIM Aditya. Pasalnya, mereka belum selesai memaparkan masalah yang ada kepada PT WIKA, Sofian malah langsung menutup rapat tersebut. 

Karena hal itulah, mahasiswa menuding Sofian berkomplotan dengan PT WIKA agar masalah tersebut tidak diperpanjang.

"Tentunya kami sangat kecewa, karena pimpinan rapat malah menutup secara sepihak rapat itu, padahal, kami belum selesai. Mungkin pimpinan rapat mendukung PT WIKA dan bersekongkol, sehingga dia tidak membenarkan kami bicara," tutur Adiya saat diwawancarai usai hearing.

"Silahkan menuduh seperti itu, kita berdasarkan bukti saja, saya berkomplotan enggak sama PT WIKA. Saya menutup karena memang kami hanya menerima dan untuk menghindari debat kusir. Kita juga menjaga kesopanan, meskipun saya sempat terpancing emosi, tapi tetap dingin, jaga sikap dong," jawab Sofian pula.

Memang terjadi perdebatan seru dan sempat ada suara-suara tinggi yang terdengar diruang rapat antara Sofian sebagai penengah dan mahasiswa sebagai salah satu undangan rapat.

Alotnya debat kusir diruang rapat Komisi III tersebut juga karena mahasiswa bersikeras menolak wacana Dinas PU Provinsi Kepri yang mendukung agar proyek pembangunan jembatan 1 Dompak tetap dilakukan dan diberikan perpanjangan waktu kepada PT WIKA. 

Aditya beranggapan, ketika perusahaan swasta tidak mencapai target pengerjaan diblacklist, namun ketika BUMN yang mengerjakan malah dibrikan perpanjangan waktu.

Selain itu, mahasiswa juga mempertanyakan dasar dari penambahan waktu pengerjaan yang harusnya habis pada bulan Desember, semntara itu baru wacana bukanlah sebuah pernyataan resmi, karena PU juga masih menunggu rekomendasi dari Komisi Kamanan Jembatan dan Terowongan Jalan (KKJTJ) Kementrian PU.

Namun, mahasiswa bersikeras bahkan membawa surat pernyataan sepihak, yang dibuat oleh mereka sendiri untuk PT WIKA. Surat tersebut berisikan pernyataan bahwa PT WIKA bersedia mengerjakan dan menyiapkan pekerjaan sampai batas waktu yang dijanjikan, jika tidak maka PT WIKA bersedia dikenai sangsi. Kemudian, PT WIKA juga diminta untuk mmbuat komitmen, jika ada penambahan waktu akan dibawa kranah hukum.

Melihat hal-hal tersebut, akhirnya Sofian Samsir memilih untuk mnutup rapat secara sepihak. Karena dia menilai, debat kusir tersebut akan semakin panjang dan tidak sehat.

"Kami hanya memfasilitasi, pengambil kebijakan tentang diteruskan atau tidak atau apakah direalisasikan penambahan waktu itukan urusan Gubernur dan Pimpinan DPRD, jadi bukan disini tempat untuk debat kusir. Selain itu PU jugakan menunggu rekomendasi KKJTJ, mereka tidak sepihak juga, jadi jangan sembarangan ambil pernyataan dulu, yang jelas PT WIKA akan bekerja sampai Desember, masalah selesai tak selesai, itu urusan mereka dan Pemprov," ujar Sofian.

Dari pihak WIKA pun enggan menandatangi surat pernyataan tersebut. Adi Priyanto, Direktur operasional PT WIKA, menegaskan bahwa Direktur BUMN Widya Karya telah berjanji akan menyiapkan pembangunan jembatan 1 Dompak, apapun konsekwensinya.

"Itu Direktur BUMN lo, bukan main-main, kami bersedia nombok asal jmbatan itu jadi, jadi saya kebaratan ada surat-surat lain, karena pimpinan pun sudah menjanjikan seperti itu," ujar Adi

Editor: Dardani