Dandim 0315 Bintan Jadi Pemateri Sosialisasi Kesadaran Bela Negara
Oleh : Devi Handiani
Kamis | 24-03-2022 | 08:13 WIB
A-DANDIM-PINANG-TOMMYH.jpg
Komandan Kodim 0315/Bintan, Letkol Inf Tommy Anderson, M.PICT. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Komandan Kodim 0315/Bintan, Letkol Inf Tommy Anderson M.PICT memberikan pembekalan materi terhadap ratusan peserta pada sosialisasi kesadaran bela negara pada lingkup pekerjaan di Kota Tanjungpinang TA. 2022 oleh Ditjen Potensi Pertahanan Kemenhan RI, Rabu (23/3/2022).

Kegiatan tersebut digelar di Gedung Trans Convention Center Hotel Aston Tanjungpinang, Jalan Adi Sucipto Km 11, Tanjungpinang. Sosialisasi itu terdiri dari anggota TNI/Polri dan ASN yang berada di Tanjungpinang.

Dalam pembekalan materi yang disampaikan Dandim, diketahui sesuai dengan gelar yang dimasukkan yakni "Magister of Policing Intelligent Counter Terorisme" (M. PICT) yang berkaitan dengan tema materi yakni Upaya Menangkal Faham Radikalisme dalam Bermasyarakat sebagai Upaya Bela Negara.

"Bela negara bukan berarti mengangkat senjata, berseragam militer, dan menjaga diri kita, menjaga lingkungan kita, menjaga keluarga kita dari merusak keutuhan bangsa dan negara," jelas Dandim.

Dandim mengingatkan, bahwa bela negara sebagaimana pada UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 9 ayat (1) dapat dimaknai sebagai sebuah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaan terhadap NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 demi kelangsungan hidup bangsa dan negara.

"Menangkal radikalisme dengan bela negara adalah hal yang sangat memungkinkan, mengingat bela negara dapat menjadi sarana melawan berbagai ancaman yang mengancam keamanan manusia," ucapnya.

Lanjutnya, situasi dan kondisi yang dihadapi tidak lagi bersifat militeristik karena aktor-aktor yang terlibat bukan lagi aktor negara tetapi berupa aktor non-negara dengan lingkup transnasional.

"Konsep bela negara perlu dikembangkan secara komprehensif karena permasalahannya bersifat multi sektor, seperti permasalahan narkoba, human trafficking, climate change, wabah penyakit, hingga radikalisme dan terorisme yang tentu saja tidak bisa dihadapkan oleh pendekatan militeristik semata,” ujarnya.

Dandim menyampaikan bahwa radikal terorisme yang tersebar secara masif, baik langsung maupun tidak langsung seperti penggunaan media online, menjadi titik rawan bahaya bagi individu maupun kelompok yang tengah dalam proses radikalisasi. Proses ini dapat terjadi pada seseorang yang tengah mencari jati diri, memiliki pemahaman ilmu yang kurang mendalam dan membuka diri pada ide-ide tertentu, tak terkecuali radikalisme.

Juga dia, dalam hal bela negara perlu dikemas dalam suatu bentuk program yang berbahaya dalam menghadapi tantangan radikalisme di tengah masyarakat, khususnya generasi pemuda agar tidak terjerumus.

Jika bela negara dalam sebuah program, salah satu yang harus diperhatikan tentu adalah bagaimana program bela negara dapat digalakkan sebagai bagian dari pencegahan penyebaran paham radikal di masyarakat yang dapat dikembangkan melalui penanaman nilai-nilai Pancasila, nasionalisme, cinta air, dan juga penanaman sikap toleransi dan humanisme," pungkasnya.

Editor: Dardani