Jadi Korban Bullying Oknum Guru, AR Terisak-isak dalam RDP Komisi IV DPRD Kepri
Oleh : CR-2
Selasa | 21-01-2020 | 18:28 WIB
ar-nangis.jpg
AR, korban bullying oknum guru SMK di Anambas terisak-isak saat menyampaikan kronologi kepada Komisi IV DPRD Kepri, Selasa (21/1/2020). (Foto: Erik Asari)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - AR, seorang siswi SMK di Anambas yang menjadi korban bullying oknum guru, terisak-isak saat menjelaskan penderiataan yang dialaminya dalam rapat dengar pendapat (RDP) Komisi IV DPRD Kepri, Selasa (21/1/2020).

"Saya sedih dikatakan dengan perkataan yang tidak senonoh oleh salah seorang guru dan saya sangat menyangkan permasalahan saya disebarkan kepada murid-murid yang lainnya, sehingga saya malu untuk sekolah," terang AR, yang saat itu tak kuasa membendung air matanya.

Sementara Kepala Sekolah SMKN 1 Anambas, Tugiono, juga menerangkan permasalahan tersebut sudah pernah dimediasi. Bahkan, pihak sekolah juga bersedia membantu AR untuk tetap melanjutkan pendidikan meski harus pindah ke sekolah lain. "Namun karena ada mungkin miskomunikasi maslahah ini berlanjut kembali," terang Tugiono.

Setelah mendengarkan beberapa keterangan dari pihak-pihak terkait, Ketua Komisi Pengawasan Perlindungan Anak Daerah (KPPAD) Kepri, Eri Syahrial memahami pokok permasalahan yang ada.

"Kami (KPPAD) memahami apa yang terjadi. Kami pun sempat mengusahakan agar AR tetap bisa sekolah dengan mengurus sekolah yang dia inginkan. Kami ingin agar AR sekolah lagi dan ada sekolah yang sudah bisa menerimanya untuk melanjutkan pendidikannya ke depannya," ungkap Eri.

Dalam rapat yang dipimpin Wakil Ketua Komisi IV DPRD Kepri, Sirajudin Nur dan beberapa anggotanya memutuskan masalah ini sudah selesai dan ditutup dan tidak adalagi kelanjutan ke depannya.

"Maslah ini adalah misasumsi dan miskomunikasi, tetapi yang jelas hari ini sudah kita dapatkan kesimpulannya karena AR masih ingin sekolah dan sekolah sudah ada yang mau menampungnya ditambah lagi pihak sekolah yang lama sudah menyiapkan berkas-berkasnya. Maka kita putuskan maslahah ini ditutup dan menjadi pelajaran ke depannya baik bagi guru, murid dan wali murid serta bagi dunia pendidikan," tutup Sirajudin.

Editor: Gokli