Kecewa dengan Money Politik, Sukandar: Caleg Berkualias Kalah dengan Caleg Berduit
Oleh : Charles Sitompul
Sabtu | 04-05-2019 | 18:28 WIB
sukandar-lemas.jpg
Sukandar, Ketua DPC PID Perjuangan Kota Tanjungpinang. (Foto: Charles Sitompul)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Sukandar, salah seorang Caleg dari PDI Perjuangan di Kota Tanjungpinang, mengaku kecewa dengan permainan money politik pada Pemilu serentak 17 April 2019 lalu.

Sebab, kata Sukandar, masyarakat lebih memilih Caleg berduit (mampu memberikan uang) daripada Caleg yang hanya mengandalkan kualitas yang nantinya bisa memberikan yang terbaik untuk masyarakat.

Hal itu, diakui Ketua DPC PDI Perjuangan Kota Tanjungpinang ini terjadi pada masyarakat lingkunganya sendiri, serta lingkungan lainya di Dapil pencalonanya.

"Kendati kita sudah berbuat dan memperjuangkan kepentingan sarana umum masyarakat melalui pengajuan kegiatan proyek di lingkungan yang kita wakili, tetapi tetap tidak memberikan pengaruh pada perolehan suara di Pilleg 2019 kemarin," kesalnya pada BATAMTODAY.COM, di sela-sela rapat pleno terbuka KPU Tanjungpinang, Sabtu (4/5/2019).

Menyandang sebagai Ketua DPC serta mengarahkan Caleg besutan partainya agar tidak bermain curang (money politik), diakui Sukandar, justru membuat perolehan suara Partai dan kadernya terpuruk.

Sukandar juga mengakui, persepsi masyarakat pada Pemilu 2019 cenderung ke Calon Presiden yang diusung Partai koalisi. Sedangkan Pemilihan legislatif DPR, DPD dan DPRD Provinsi dan Kota/Kabupaten 2019 ini, cenderung digerakan dengan permainan duit atai money politik.

"Artinya sekuat apapun Parpol menyampaikan visi dan misinya pada masyarakat dan bahkan sudah berbuat, melalui tugas dan fungsi anggota DPRD sebagai legislator pengemban aspirasi masyarakat, tetap tidak berpengaruh pada pilihan masyarakat, jika tidak dibarengi dengan permainan money politik yang dilakukan Caleg Partai," kata dia.

"Bahkan kami tidak hanya visi dan misi. Tetapi kami sudah berbuat di satu kampung, melalui realisasi perbaikan sarana dan prasarana umum, yang sebelumnya dikeluhkan masyarakat. Kami bangun sarana prasarana di sana, hasilnya, pada Pemilu kemarin, saya hanya mendapat 14 suara, termasuk suara 4 saudara saya di kampung itu," imbuh Sukandar.

Hal itu, kata Sukandar, karena dirinya tidak bisa membeikan uang pada masyarakat di sana. Sementara Caleg lain, yang memurutnya baru mencalonkan diri, tetapi bisa memberikan dana pada masyarakat pemilih, memperoleh suara yang sangat luar biasa.

"Dan masyarakat juga mengaku, memang menunggu dan menginginkan pembagian duit seperti itu katanya," ujar Sukandar.

Atas keinginan masyarakat tersebut, Sukandar mengaku pasrah dan mempersilahkan masyarakat menentukan pilihannya. "Makanya saya sampaikan kepada Caleg yang terpilih, agar jangan turun. Dan tinggal nanti pada last minit Pemilu aja 5 tahun yang akan datang turun ke masyarakat, sesuai dengan yang diinginkan," sebutnya.

Kepada masyarakat, Sukandar juga berpesan, jika ada dewan dalam 5 tahun ini tidak turun dan memperhatikan aspirasi masyarakat di lingkunganya, agar tidak disalahkan. "Mohon maaf, karena sebagaimana tugas fungsi legislatif yang saya emban, sudah melakukan apa yang menjadi tugasnya, khususnya mendorong pemerintah untuk memperhatikan kondisi dan situasi fasilitas umum di Dapil," ungkapnya.

Hal itu dibuktikan dengan pelaksanaan pembangunan parit serta drainase dan jalan Paving Block hasil aspirasi dan perjuanganya di DPRD. "Bahkan sebelum kami perjuangan di APBD, tokoh masyarakat di sana mengakui sudah 6 tahun mengajukan pembangunan sarana di sana, tidak terealisasi, dan begitu kami bawa aspirasi warga tersebut ke DPRD, pelaksanaan pembangunanya sudah dilakukan. Namun pada Pemilu ini saya hanya dapat 14 suara," kenangnya, kembali.

Disinggung dengan sejumlah anggota DPRD Kota yang saat ini dipastikan duduk berdasarkan perolehan suara masyarakat, Sukandar berharap hendakanya dapat lebih baik dari periode dirinya sebagai anggota DPRD Kota Tanjungpinang.

"Tetapi, hal itu kembali lagi pada anggota dewanya, demikian juga Caleg PDI Perjuangan yang duduk yang menilai tentunya adalah masyarakat," ungkap Sukandar.

Editor: Gokli