Banyak Pemotor Berjatuhan

Lumpur Bauksit di Jalan Masjid dari Bekas Tambang PT CBA
Oleh : Charles Sitompul
Senin | 08-10-2018 | 16:16 WIB
lumpur-bauksit-tpi1.jpg
Jalan Masjid Al-Huda Senggarang dipenuhi lumpur bekas tambang bauksit PT CBA. (Foto: Charles)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Warga Senggarang menyebut, lumpur bauksit yang meluber terbawa air hujan ke pemukiman warga dan Jalan Masjid Al-huda berasal dari bekas tambang bauksit PT Cahaya Bintan Abadi (CBA) yang terletak di bagian hulu kampung.

Bahkan, untuk memastikan dan meminta pertangungjawab perusahan yang belum melaksanakan reklamasi bekas galian bauksitnya itu, sejumlah warga pernah mendatangi kantor PT CBA.

Namun pihak perusahaan mengakui, tidak melakukan reklamasi di bekas lokasi tambang boksitnya itu karena telah membayar hingga miliaran Dana Jaminan Pelestarian Lingkungan (DJPL) ke Pemerintah.

"Kami sudah pernah mendatangi perusahaan dan mempertanyakan pelaksanaan reklamasinya. Tapi oleh perusahaan mengatakan itu tugas pemerintah, karena pihaknya sudah membayarkan dana reklamasi," sebut Jul dan ketua Forum RT dan RW Senggarang, Suratno.

Dari pantauan BATAMTODAY.COM di Senggarang, kawasan pemukiman warga dan Jalan Masjid Alhuda Senggarang yang berjarak sekitar 1,5 kilometer tepat berada di bawah bukit bekas galian bauksit PT CBA.

Kondisi perumahan warga sendiri persis berada di dua sisi Jalan Masjid sebagai akses utama menuju Kelenteng dan Senggarang laut.

Di sisi jalan depan rumah warga, sebenarnya tersedia parit yang ditutup dengan beton. Sayangnya karena parit terlalu kecil, dan terlihat jarang digali, membuat lumpur bauksit pekat yang mengalir terbawa air dari hulu kampung, meluber ke parit dan karena tersumbat hingga menggenangi jalan.

Akibatnya, sejumlah pemotor yang melewati jalan mengalami kecelakaan terjatuh dan bergelimpangan akibat licinya lumpur pekat boksit.

Perusahan Tambang PT CBA kata Jul telah menambang sejak 2010-2013. Namun hingga saat ini belum pernah melakukan reklamasi bekas tambangnya.

"Sementara dana reklamasinya sudah diserahakan pada pemerintah. Saat ini masyarakat hanya menerima dampaknya saja," ujarnya lagi.

Karena belum ada perhatian dar pemerintah, warga menyatakan terpaksa meminta bantuan pengusaha yang memiliki alat besar seperti escapator untuk melakukan pengerukan dan pembersihan badan jalan.

"Kalau kami unggu-nunggu pemerintah, akan semakin banyak korban berjatuhan," sebut Suwarno.

Editor: Yudha