Ignatius Terpilih sebagai Ketua Perkumpulan Keluarga Flores Kepri
Oleh : Ismail
Minggu | 08-07-2018 | 16:32 WIB
mubes_flores.jpg
Perkumpulan Keluarga Flores di Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) pertama di Hotel CK Tanjungpinang, Sabtu (7/7/2018) (Foto: Ismail)

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Perkumpulan Keluarga Flores di Provinsi Kepulauan Riau melaksanakan Musyawarah Besar (Mubes) pertama di Hoten CK Tanjungpinang, Sabtu (7/7/2018) kemarin. Dalam Mubes tersebut Ignatius Toka Soli terpilih sebagai Ketua Besar Presidium Perkumpulan Keluarga Flores secara aklamasi.

Dalam pidatonya, Ignatius mengutip bahasa adat Palue, sebuah daerah di Maumere. Dan berbicara dari hati ke hati dengan seluruh peserta Mubes.

Ia mengatakan, terpilihnya dia sebagai Ketua Besar bukan karena dirinya adalah sosok terbaik dibandingkan lima kandidat lainnya. Menurutnya, seluruh delegasi dari delapan kabupaten di Flores itulah yang dinilai terbaik.

Kendati demikian, Ignatius mengajak, seluruh perantau asal Flores di Kepri untuk terus bangkit dan senantiasa menjaga kekompakkan, dan kerukunan bersama.

"Mari kita bangkit dan membangun Perkumpulan Keluarga Besar Flores. Inilah momentum terbesar kebangkitan kita," tegas Ignatius.

Selain itu, Ignatius yang juga menjabat sebagai ketua panitia menjelaskan, pelaksanaan Mubes ini digagas dari kekhawatiran para sesepuh akan generasi muda yang tidak hidup sesuai dengan kearifan lokal Flores di tanah Melayu. Para sesepuh menilai, kondisi tersebut hanya bisa diperbaiki dengan mengatur kembali langkah para perantau terlama di pulau Bintan ini.

"Sudah berapa generasi kita hancur? Apa yang dibanggakan. Saatnya kita harus bangkit," tegas Ignatius.

Oleh karena itu, diharapkam melalui Mubes ini dapat menjadi momen bangkitnya Perkumpulan Keluarga Flores tercermin dalam spiritualitas yang harus dibatinkan oleh semua perantau asal Flores di tanah Melayu.

"Ini momentum kita satukan rasa dan tekad untuk bangkit dalam keutamaan trinitas solidaritas, loyalitas dan totalitas. Itulah kekhasan orang Flores," ucap Ignatius.

Sementara itu, salah seseorang sesepuh Flores, Syamsudin mengungkan, latar belakang diprakarsainya Mubes tersebut menghapus anggapan negatif kepada para perantau Flores selama ini. Terlebih pada tragedi berdarah di pulau Kelong Bintan pada 1958 lalu.

Namun, tragedi tersebut kini dimaknai secara baru oleh orang-orang Flores yang menetap di tanah Melayu saat ini. Semuanya sepakat untuk tidak lagi mengulangi kisah kelam itu.

"Pada tragedi Kelong inilah kejujuran, kasetian dan keberanian kita diuji. Saat itu kita kurang sumber daya manusia, tapi sekarang tentu tidak lagi. Kami sudah sesepuh. Anak-anak jangan ulang lagi," pesan Syamsuddin.

Selain Syamsudin, hal senada juga diungkapkan tiga sesepuh lain: Tobias dari Maumere, Yakobus Liki dari Ngada dan Fransiskus Atbau, pastor keturunan Flores berdarah Melayu.

Ketiganya bersepakat menghendaki para perantau Flores bangkit dan menghapus anggapan negatif tersebut.

"Kita adalah perantau paling tua. Saya anak Flores. Tapi saya tidak mau pulang; itu tanah bapak saya. Saya mau tanam kaki di sini; dikuburkan di tanah ini," ujar Fransiskus.

Pastor yang lahir dan dibesarkan di Tanjungpinang ini mengingatkan para perantau Flores untuk mengabdi di tanah di mana mereka mengadu nasib. Mereka harus membangun negeri segantang lada, bukan sebaliknya mengurasnya sampai rusak.

Selain Ignatius, ada empat tokoh lain yang sempat mencalonkan diri setelah diusulkan oleh masing-masing peguyuban. Mereka adalah Patrisius Boli dari peguyuban Flores Timur, Aloisius Dango dari Bajawi, Beni Gabut dan Yeremias Impi dari Lembata.

Setelah terpilih sebagai Ketua Besar Presidium Perkumpulan Keluarga Besar Flores di Kepri, Ignatius langsung membentuk para pengurus yang bekerja bersamanya. Pada kesempatan itu, dia juga memimpin rapat pemilihan dewan pemangku adat Keluarga Besar Presidium Perkumpulan Keluarga Besar Flores.

Editor: Surya