Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kelemahan SDM Indonesia, Angkatan Kerja Masih Kurang Kompeten
Oleh : Redaksi
Sabtu | 28-10-2017 | 09:14 WIB
Menaker-RI-Hanif1.gif Honda-Batam
Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dakhiri. (Foto: ANTARA)

BATAMTODAY.COM, Bekasi - Menteri Tenaga Kerja RI Hanif Dakhiri menilai angkatan kerja yang kurang kompeten menjadi salah satu kelemahan sumber daya manusia (SDM) di Indonesia.

"Padahal, faktor kompetensi ini merupakan kunci yang akan menjadi kekuatan dalam berkompetisi di tengah persaingan global," katanya saat peresmian Politeknik Ketenagakerjaan di Balai Besar Pengembangan Latihan Kerja Luar Negeri CEVEST, Kamis.

Oleh karena itu, menurut dia, pihaknya menghadirkan Politeknik Ketenagakerjaan yang mulai merekrut mahasiswa angkatan pertamanya pada tahun ajaran 2017/2018 sebagai respons dari minimnya kompetensi angkatan kerja yang memerlukan keterlibatan para pemangku kepentingan (stakeholders).

"Dewasa ini konflik hubungan industrial kian kompleks, oleh karenanya butuh SDM yang terampil di bidang ketenagakerjaan. Jika semua stakeholders ketenagakerjaan memiliki pemahaman yang memadai, maka konflik-konflik yang muncul akan tertangani lebih baik," katanya.

Dalam kesempatan yang sama, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) M. Nasir sependapat dengan pentingnya peran sertifikat profesi menuju lapangan kerja profesional.

"Sayangnya, dewasa ini masyarakat Indonesia masih berorientasi pada gelar akademik. Akhirnya, yang banyak hadir pun ialah institusi pendidikan yang berbasis sains, bukan vokasi," katanya.

Ia mengatakan, saat ini Indonesia hanya memiliki 16 persen institusi pendidikan berbasis vokasi, sisanya masih berbasis sains.

Padahal, ia membandingkan, di Tiongkok proporsinya justru terbalik karena 70 persen institusi pendidikannya berbasis pada vokasi.

"Pola pikir seperti ini harus diubah karena gelar akademik tidak menjamin kemampuan dan keterampilan akan suatu bidang. Justru kompetensi yang diperoleh dari pendidikan vokasi yang menjadi penentu persaingan nantinya," demikian M. Nasir.

Sumber: ANTARA
Editor: Yudha