Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bekas Galian Tambang Pasir di Bintan Kerap Makan Korban
Oleh : Syajarul Rusydy
Selasa | 26-09-2017 | 22:08 WIB
penambangan-pasir-di-Bintan.gif Honda-Batam
Tambang pasir masih beroprasi di Kecamatan Gunung Kijang, Bintan (Foto: Syajarul Rusydy)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Bekas galian tambang pasir di Kecamatan Gunung Kijang, Kabupaten Bintan, memang menawan. Lobang besar yang berubah menjadi danau didukung jernihnya air membiru, membuat mata tergoda untuk mendekat dan raga untuk berendam.

Namun keberadaan danau-danau buatan itu justru menjadi musibah, sejak daratan yang semulanya rata itu kini menjadi danau yang ditinggalkan begitu saja oleh pengusaha tambang pasir yang tidak bertanggung jawab.

Baru-baru ini, kembali danau eks tambang pasir di Kecamatan Gunung Kijang memakan korban. Pemuda asal Tanjungpinang itu nyawanya tidak tertolong setelah tenggelam di danau bekas galian pasir di kecamatan tersebut, pada Minggu (24/9/2017) kemarin.

Peristiwa itu meggambarkan kenyataan, keamanan tambang pasir baik yang aktif dan non aktif sudah pada ambang batas yang sangat mengkhawatirkan. Masih banyak kubangan sisa galian terbuka lebar di depan mata. Parahnya, sebagian kolam eks galian berjarak hanya beberapa meter saja dari jalan raya.

Catatan Polsek Gunung Kijang, khusus di wilayah hukumnya, sudah dua kali kejadian sama di area kolam eks tambang pasir. Kejadian sebelumnya terjadi tahun 2016, namun di kolam yang berbeda.

Tokoh Pemuda Bintan, Asri Suherman, kepada BATAMTODAY.COM mengatakan bahwa hal itu sangat perlu diperhatikan. Sampai sekarang, masih ada beberapa area sisa galian yang ditinggalkan begitu saja. Usai digali, penambangnya pergi begitu saja tanpa peduli bahwa kolam yang mereka tinggalkan sangat berbahaya terutama bagi anak-anak.

"Seharusnya pemerintah maupun penegak hukum bertindak keras kepada para pelaku penambangan, apalagi sekarang sudah jelas-jelas dilarang, tapi masih saja dibiarkan mereka beraktivitas," pungkas pria yang akrab disapa Eman ini, Selasa (26/9/2017).

Menurut Eman, perlu adanya penataan tambang pasir dan sisa-sisa galian yang sudah tidak aktif. Kalau memang sudah tak lagi dipakai, sebaiknya ditutup. Kalau masih ada galian pasir darat yang masih beroperasi, mendingan ditutup atau paling tidak pelakunya diminta melengkapi keamanan aktivitas operasi mereka.

"Kita juga tahu, usaha galian juga menyangkut urusan perut dan pekerjaan. Tapi kasih aman lah, kalau sudah tak kepakai, tutup kembali bagaimana caranya, atau kasih kawat duri yang tak bisa ditembus atau kasih tanda peringatan. Jangan main pergi begitu saja usai pasirnya dikeruk," sebut Eman.

Editor: Udin