Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Pelabuhan Resmi di Bintan Kerap Dijadikan Pintu Keluar Barang Ilegal
Oleh : Syajarul Rusydy
Sabtu | 09-09-2017 | 12:50 WIB
miras-dua-kontainer1.gif Honda-Batam
Proses pemindahan dua kontainer Miras tangkapan BC Tanjungpinang yang akan dibawa ke Jakarta. (Foto: Syajarul Rusydy)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Sepanjang tahun 2017 ini sudah beberapa kali barang ilegal nyaris lolos melalui pelabuhan resmi Seikolak dan Sribayintan Kijang, Kecamatan Bintan Timur (Bintim).

Diantaranya, pada tanggal 16 Juli 2017, Satgas Lintas sektoral yang dikomandoi polisi menangkap tiga pelaku pengiriman barang kemasan ilegal asal Malaysia. Produk Malaysia senilai hampir Rp 100 juta itu nyaris lolos naik kapal Pelni yang tengah berlabuh di Kijang. Berkat kesigapan petugas polisi, barang Malaysia berbagai merek itu berhasil disita.

Baru sebulan lebih kasus penangkapan barang Malaysia, pada Jumat, 25 Agustus lalu, petugas Bea Cukai Tipe B Tanjungpinang mengamankan dua kontainer barang diduga bermuatan mikol ilegal di Pelabuhan Sei Kolak, Kijang. Penangkapan cukup mengejutkan, di tengah gencarnya pemberantasan perdagangan ilegal di seluruh Indonesia.

Ada apa dengan petugus yang berwenang dengan kepabeanan sehingga barang-barang berjumlah besar dan dengan nilai rupiah yang tinggi bisa lolos dari pelabuhan resmi itu?

Tokoh Pemuda Bintan, Asri Suherman menilai kurangnya kerja sama antara pihak-pihak di Pelabuhan tersebut, membuat barang ilegal mudah lolos dari Bintan.

"Kurangnya kerja sama, harusnya hal ini melibatkan banyak pihak terkait pengawasan. Jadi para pelaku tindakan ilegal takut untuk melancarkan akasinya," ujar Suherman saat ditemui di Kijang, Sabtu (9/9/2017).

Mirisnya lagi, barang ilagal tertangkapnya di Pelabuban Tanjung Periok, Jakarta. Seperti yang dikabarkan beberapa pekan lalu, ribuan mikol berhasil diamakan dan mikol tersebut, dibawa melalui pelabuhan Sei Kolak Kijang. "Ada apa dengan petugas, kok bisa lolos," tanya Eman heran.

Sementara itu, Kepala KSOP Kelas II Kijang, Sanggam Marihot menilai, memberantas praktek demikian memang sulit namun bukan berarti petugas patah langkah. Para pelaku memang selalu membikin cara lain ketika cara lain tak berhasil mereka lakukan.

"Segala cara dipakai. Di kapal Pelni kemarin kita sudah perketat, eh dibikin cara lain lagi. Perketat ini lagi, pakai cara lain lagi. Namanya juga ada mau niat tak baik, tapi saya pikir yang begituan juga pasti ketahuan juga karena sekarang ini serba ketat. Intinya sekarang kita pelan pelan melakukan pembenahan," sebut Sanggam.

Kedepan, kata Sanggam, akan ada tim pengawasan bersama di pelabuhan. Bersama dimaksud adalah semua instansi yang punya keterkaitan dengan pelabuhan. Seperti diketahui, dalam satu pelabuhan instansi yang ada bisa lebih dari satu instansi dengan bidang tugas masing masing.

Untuk keselamatan pelayaran dan kelayakan kapal misalnya ada KSOP, untuk fasilitas kepelebahunan ada PT Pelindo, dan untuk kegiatan pengiriman logistik atau barang barang ada Bea Cukai. Ditambah lagi instansi Karantina yang terbagi dalam karantina Pertanian, Perikanan sampai instansi kepolisian.

"Kita bentuk tim seperti pengawasan, saling koordinasi dan bekerja bersama sama. Pelabuhan Kijang ini sudah cukup bagus, peranannya di Kepri semakin meningkat," ujar Sanggam.

KSOP sudah melayangkan surat berisi permintaan agar setiap instansi terkait kepelabuhan mengirimkan utusannya dalam pembahasan tim bersama. Sejauh ini sudah ada beberapa instansi menyetujui siap mengirimkan timnya dan bekerja terpadu.

"Kebetulan permintaan surat sudah kita layangkan ke instansi terkait supaya mengirim timnya, namun belum ada balasan. Tapi beberapa instansi sudah mengirim," timpal Sanggam.

Editor: Yudha