Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah, Risman Mukhtar

Keberadaan FPI Tetap Diperlukan
Oleh : Redaksi
Selasa | 05-09-2017 | 08:50 WIB
laskar_fpi.jpg Honda-Batam
Laskar Front Pembela Islam. (Foto: Ist)

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Ditengah adanya pro dan kontra terkait keberadaan Front Pembela Islam (FPI), ternyata keberadaan FPI tetap diperlukan untuk melengkapi gerakan dakwah Islam di Indonesia.

Karena, pada dasarnya semua organisasi Islam akan saling melengkapi. Demikian dikemukakan Risman Mukhtar, Wakil Ketua Majelis Tabligh PP Muhammadiyah dalam wawancara dengan Strategic Assecment di Jakarta belum lama ini. Berikut petikan wawancaranya :

Bagaimana Anda melihat keberadaan FPI yang sudah berusia 19 tahun dalam percaturan gerakan dakwah di Indonesia ?

Risman Mukhtar : Keberadaan FPI dalam dakwah agama di Indonesia sangat diperlukan, kalau dibandingkan dengan Muhammadiyah dengan FPI, maka diperoleh gambaran bahwa Muhammadiyah itu dakwahnya mengarah amar ma’ruf, tapi tindakan nahi munkarnya sedikit, sedangkan FPI tindakan nahi munkarnya besar, namun amar ma’rufnya kurang. Muhammadiyah kelebihannya melahirkan tokoh-tokoh intelektual, kelebihan NU melahirkan ulama-ulama,sedangkan kelebihan FPI melalui gerakan-gerakan nahi munkarnya, dan seperti kita tahu kelahiran FPI karena ada kerjasama dengan Polisi pada awalnya, walau sekarang hubungan Polri dengan FPI mengalami kerenggangan.

Bagaimana Anda menilai kebijakan terkait full day school?

Risman Mukhtar : Tidak sepakat dengan sikap Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) soal full day school dengan menyatakan konsep tersebut dengan menilai merampas hak asuh orang tua dengan full day school, sebab dengan konsep tersebut masih ada waktu 1 hari bagi orang tua untuk berkumpul dengan anaknya, berbeda dengan orang tua yang menyerahkan pendidikan anaknya ke pesantren yang selama 24 jam harus bersama.

Jadi, pernyaan KPAI soal full day school jangan sebelah dan jangan ada kepentingan politiknya, namun harus melihat full day school sebagai pendidikan karakter seutuhnya. Apalagi dengan adanya demonstrasi menentang full day scholl yang viral di Medsos dimana pengunjukrasa meneriakkan kalimat “bunuh menteri-bunuh menteri” jelas sangat tidak mendidik.

Termasuk pendapat salah satu tokoh yang mengatakan, full day school akan menimbulkan radikalisme, dimana kami kurang bisa memahami logkanya. Mungkin perlu segera disikapi oleh pemerintah secara benar bahwa sebetulnya selama ini sudah banyak sekolah-sekolah yang melakukan full day school dan tidak ada masalah.

Bagaimana Anda menilai Perppu No 2/2017?

Risman Mukhtar : Perppu Ormas masih dipermasalahkan soal undang-undangnya, karena masih berproses di DPR-RI dan kabarnya banyak fraksi menolaknya, karena berkaitan dengan hak hukum yang di miliki oleh setiap Ormas. Pembubaran Ormas jika melalui pengadilan juga akan berbahaya, seperti Menkumham secara sepihak bisa saja membubarkan karena hal-hal tertentu. Sebaiknya, pemerintah jangan membubarkan Ormas lagi jika tidak melalui pengadilan. Kalau membubarkan HTI tidak masalah karena organisasi transnasional dan cita-citanya membuat negara khilafah hanyalah utopia atau bermimpi saja.

Tentang anaknya Amrozi (Napiter Bom Bali yang sudah dieksekusi mati), yang menjadi anggota pengibar bendera Merah Putih dalam peringatan HUT RI ke 72 termasuk keberhasilan deradikalisasi?

Risman Mukhtar : Tentang anaknya Amrozi (Napiter Bom Bali yang sudah dieksekusi mati), yang menjadi anggota pengibar bendera Merah Putih dalam peringatan HUT RI ke 72 bisa saja termasuk keberhasilan deradikalisasi atau keberhasilan guru-gurunya, pembina pembinanya agar anak Amrozi tidak mempunyai sikap dendam dan hal itu sangat positif, demikian juga dengan langkah Pondok Pesantren Al Idrisiyah Kecamatan Cisayong Tasikmalaya yang juga tempat mengaji Kartosuwiryo (Tokoh DI/TII yang sudah dieksekusi mati) yang juga mengibarkan bendera Merah Putih semakin menunjukkan bahwa negara kita ini adalah Darul Ahdi wa Syahadah atau negara perjanjian, dimana kita sepakat ada konsensus membangun suatu negara yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945.

Bagaimana Anda menilai GISS ? Apakah pernah mendengar GISS?

Risman Mukhtar : Gerakan Indonesia Shalat Subuh (GISS) mempunyai semangat yang bagus, karena sekarang ini semangat ibadah umat Islam luar biasa menurun, sehingga perlu ada gerakan-gerakan yang intensif menggerakannya.

Jadi sebenarnya keberadaan GISS kalau untuk mengaktifkan masyarakat untuk shalat subuh maka tidak ada masalah, namun ketika GISS gerakannya berujung pada kepentingan politik, hal tersebut harus dilihat proporsional saja. Pemerintah harus menjadikan orang seperti Muhammad Al Khatahath dirangkul untuk dijadikan mitra, dengan setiap masalah didekati persuasif dan dilakukan dialog.

Sumber: Strategic Assesment
Editor: Dardani