Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bintan Lagoon Resort Diduga Sudah Lama Lakukan Ekploitasi Anak Sekolah
Oleh : Harjo
Kamis | 31-08-2017 | 16:14 WIB
Darsono-dan-eks-karyawan-BLR.gif Honda-Batam
Darsono, Ketua DPC SPSI Reformasi saat bersama karyawan Bintan Lagoon Resort (Foto: Harjo)

BATAMTODAY.COM, Tanjunguban - Selain melakukan intimidasi dengan melakukan pelarangan hak berserikat terhadap karyawannya, PT Bintan Lagoon Resort (BLR) diduga sudah lama memanfaatkan anak sekolah yang sedang magang dengan membebankan pekerjaan yang sama dengan karyawannya.

"Pimpinan BLR Lagoi, sudah banyak melakukan tindakan yang melampaui batas. Baik melakukan PHK sepihak, mengerahkan preman untuk menekan karyawan dan yang paling parah, mengeksploitasi anak sekolah," ungkap Darsono, Ketua DPC SPSI Reformasi kepada BATAMTODAY.COM di Bintan, Rabu (30/8/2017) petang.

Terkait masalah ekploitasi anak, kata Darsono, dia menerima laporan dari anggotanya walaupun terkena intimidasi dan PHK sepihak. Manajemen BLR katanya lagi, sengaja memanfaatkan anak sekolah yang magang di perusahaan pariwisata di Kawasan Pariwista Lagoi (KPL).

Modus pemanfaatan anak sekolah saat magang itu, selain jam kerja disamakan dengan karyawan biasa, mereka juga dibayar tidak sesuai dengan standar. Seharusnya, anak sekolah yang sedang magang, tidak bisa disamakan jam kerjanya dengan karyawan biasa, karena mereka dalam tahap belajar yang harus seimbang antara teori dan praktik di lapangan, bukan mensejajarkan anak magang dengan karyawan tetap.

Hal yang sama disampaikan oleh Yoserizal, sekretaris DPC Federasi Konstuksi Umum dan Informal (FKUI) SBSI Bintan. Menurutnya, dugaan ekploitasi anak yang dilakukan oleh manajemen BLR harus menjadi perhatian khusus pemerintah, karena anak sekolah yang sedang magang jelas tidak boleh diberikan beban kerja yang sama dengan karyawan.

"Sangat disayangkan, apa yang terjadi di BLR terkait dugaan ekploitasi anak untuk melancarkan usaha perhotelan tersebut justru sampai saat ini belum ada perhatian dari pemerintah dan pihak yang berkompeten," tegasnya.

Yoserizal berharap, aparat penegak hukum tidak tinggal diam terkait adanya dugaan ekploitasi anak yang dilakukan oleh manajemen BLR. Karena, informasi yang masuk magang di BLR, yang paling banyak menerima anak sekolah dan justru banyak dari luar Kepri.

"Kasihan mereka masih sekolah dan didatangkan dari jauh, seperti Jawa dan Sumatra, hanya dimanfaatkan tenaganya," tuturnya.

Editor: Udin