Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Penyelam Rekam Penampakan Hiu Langka di Indonesia
Oleh : Redaksi
Senin | 31-07-2017 | 11:50 WIB
hiu-00.gif Honda-Batam
Hiu langka Megamouth tertangkap kamera di perairan Indonesia (dok.Thinkstock/NaluPhoto)

BATAMTODAY.COM, Batam - Sebuah video yang sangat langka dari hiu 'mulut besar' atau Megamouth direkam oleh seorang penyelam di pantai Indonesia. Penyelam asal Inggris, Penny Bielich, saat itu tengah berada di Gili Lawa Laut, Pulau Komodo, ketika seekor hiu melewatinya.

Rekan penyelamnya, Heikki Innanen, mengatakan padanya bahwa dia harus segera mengambil kamera. Dia pun akhirnya berhasil merekam hiu tersebut dalam 26 detik.

"Hiu Megamouth! Suatu keistimewaan bisa melihat makhluk megah ini dengan Heikki Innanen, hanya 63 penampakan yang pernah ada! 64 sekarang," Ms Bielich menulis di Instagramnya.

Dalam rekaman tersebut, tampak si mamalia air itu tak terganggu dengan kehadiran Bielich. Hiu Megamouth adalah makhluk yang sulit dipahami meski ilmuwan pernah menemukan 102 spesimen mereka.

Dilaporkan Daily Mail, kebanyakan hiu ini terlihat di Jepang, Filipina dan Taiwan. Megamouth pertama kali terlihat pada 1976 saat tak sengaja tertangkap jangkar laut dalam di Hawai.

Hiu Megamouth bisa mencapai panjang maksimal 17 kaki (lima meter) dengan masa hidup hingga 100 tahun. Spesies itu bisa menyelam sedalam 525 kaki (160 meter) di bawah air pada siang hari sebelum naik untuk mencari makan di kedalaman 40 kaki (12 meter) pada malam hari.

Mereka berenang dengan mulut besar terbuka untuk menangkap mangsa, menyaringnya melalui lapisan dalam insang. Mangsa empuknya adalah hewan planktonik seperti udang krill.

Meski Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (IUCN) memasukkan mereka sebagai hewan yang paling tidak memprihatinkan, manusia masih sedikit mengetahui tentang hiu tersebut. Ilmuwan percaya bahwa hiu 'mulut besar' bisa tinggal sekitar 1.500 meter (0.9 mil) di bawah permukaan laut.

"Diketahui hanya dari 102 spesimen (per Agustus 2015), dan oleh karena itu tampaknya sangat jarang ditemui, namun kemungkinan akan semakin banyak diambil sebagai tangkapan samudra di perikanan lepas pantai dan offshore," kata IUCN.

Lebih lanjut, pihaknya mengatakan bahwa penelitian lebih lanjut mengenai ekologi dan penggunaan habitat hewan ini diperlukan untuk lebih memahami spesies dan potensi dampak penangkapan ikan.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Gokli