Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Cerita Letnan Irak yang Buru Anggota ISIS Pembunuh Sang Ayah
Oleh : Redaksi
Sabtu | 22-07-2017 | 18:02 WIB
tentara-Irak.gif Honda-Batam
Sekelompok prajurit Irak berfoto bersama di Kota Tua Mosul setelah tugas mereka merebut kota itu dari tangan ISIS dinyatakan telah berakhir dengan kemenangan.(Sumber foto: AFP)

BATAMTODAY.COM, Mosul - Bagi seorang letnan angkatan darat Irak ini, operasi militer untuk merebut kota Mosul dari tangan ISIS bukan sekadar tugasnya sebagai seorang tentara.

Sang letnan menganggap operasi militer ini sekaligus sebagai misi pribadi untuk menuntaskan dendamnya kepada kelompok militan itu.

Selama tiga tahun, sang letnan memburu dua anggota ISIS yang dia yakini sebagai pembunuh ayah kandungnya.

Sepanjang perburuannya, sang letnan sudah membunuh sejumlah anggota ISIS yang ditawan setelah menginterogasi mereka. Sang letnan mengakui semua pembunuhan yang dilakukan tanpa rasa penyesalan sedikit pun.

Sang letnan berjanji, jika dia menemukan kedua orang itu maka dia menjanjikan "kematian yang perlahan" hingga mereka memberi tahu di mana jenazah sang ayah dikuburkan.

Setelahnya, sang letnan berjanji akan menggantung mayat kedua orang itu di desa tempat ayahnya terbunuh.

Dendam membara

Sang letnan, yang tak mau memberikan namanya itu, mengatakan, ayahnya adalah seorang perwira angkatan darat yang memerangi Al Qaeda pada 2007.

Setelah ISIS menduduki desa tempat ayahnya tinggal di sebelah selatan kota Mosul, suku-suku yang dulu diusir militer karena terkait Al Qaeda kembali dan digunakan ISIS untuk menguasai desa itu.

"Dua orang menangkap ayah saya saat dia berada di luar rumah. Keduanya adalah mereka yang sebelumnya diusir karena terkait Al Qaeda," kata sang letnan.

Saat itu, sang letnan sedang bertugas di tempat lain dan kabar buruk tersebut diperolehnya dari para tetangga yang juga memberi tahu identitas pembunuh sang ayah.

Anggota ISIS juga membunuh paman sang letnan serta puluhan kawan dan kerabatnya di desa itu.

Letnan muda itu kemudian menyimpan foto lama kedua anggota ISIS tersebut di telepon genggamnya. Dan beberapa tentara lain ikut membantu mencari kedua anggota ISIS tersebut.

Saat pasukan Irak merebut desa kampung halaman sang letnan, dia kemudian mulai menginterogasi para tawanan ISIS.

"Saya hanya bertanya kepada sebagian besar dari mereka. Namun, bagi mereka memiliki darah di tangannya saya bunuh saat itu juga," ujarnya tanpa penyesalan.

Sang letnan mengklaim sudah membunuh lebih dari 40 anggota militan, baik dalam pertempuran atau usai interogasi.

"Sebagian besar dari mereka memang tak terkait kematian keluarga saya. Namun, saya bukan orang egois, saya juga membalaskan dendam warga lain Irak," kata dia.

Saat operasi merebut Mosul berlangsung, sang letnan mendengar kabar bahwa salah seorang buruannya berada di kota Tal Afar, di sebelah barat Mosul.

Dan saat pasukan Irak masuk ke Kota Tua Mosul, dia mendapat informasi soal salah seorang buruannya yang lain.

"Kolega saya, seorang perwira intelijen, menahan dia di desa saya. Saya katakan kepada dia, untuk menjaga dia karena saya akan datang," kata dia.

Orang yang ditahan itu adalah paman dari target kedua sang letnan. Pria itu ditinggal sendiri bersama sang letnan di sebuah ruangan kosong.

"Saya tidak menyiksanya. Saya bahkan melepas borgol plastik di tangannya dan memberinya minum," kenang dia.

"Dia memohon agar tak dibunuh saat saya menginterogasi dia. Dia begitu ketakutan hingga dia tak bisa berdiri," lanjut dia.

Sumber: The New York Post, Associated Press
Editor: Udin