Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Andy Tielman, Pionir Rovk n' Roll asal Indonesia

Rock N' Roll Tidak Pernah Mengenal Paspor
Oleh : Dodo/RollingStone
Sabtu | 12-11-2011 | 11:12 WIB
andy_tielman.jpg Honda-Batam

Andy Tielman. (Foto: Istimewa)

JAKARTA, batamtoday - Salah seorang gitaris pionir rock & roll dunia yang berasal dari Indonesia ini telah tutup usia di Belanda karena menderita sakit kanker perut sejak tahun 2009 di usianya 75 tahun pada Kamis (10/11/2011) lalu.

Untuk mengenang kepergian dan kontribusi yang ditinggalkan oleh mendiang Andy Tielman, berikut petikan wawancara dengan salah satu pioner Rock n' Roll dunia itu, seperti dikutip dari Rolling Stone :

Mengapa Anda memilih instrumen gitar?

Karena diperkenalkan oleh ayah saya. Dia pemain musik juga di Indonesia sejak era 30-an. He was a great musician!

Lagu apa yang pertama kali Anda mainkan dengan gitar?

Lagu keroncong, langgam, country dan jazz. Waktu itu umur saya sekitar 11-12 tahun. Pertama kali memainkan lagu “Keroncong Morisko” dan “Bengawan Solo.”

Bagaimana dengan lagu-lagu rock & roll?

Saat itu tahun 1949 dan musik rock & roll belum lahir tentunya. Kami hanya memainkan musik country yang dipercepat dan dibuat sedikit lebih keras, upbeat. Tiga atau empat tahun setelahnya kami baru mengenal apa itu rock & roll. Oya, single pertama The Tielman Brothers “Rock Little Baby of Mine” diakui pemerintah sebagai lagu rock & roll pertama di Belanda.

Rumor berhembus bahwa berkat inovasi Anda Fender lantas membuat seri gitar Jazzmaster 10 string. Bagaimana cerita sebenarnya?

Pertengahan 50-an awalnya saya main gitar Fender dengan 6 string kemudian saya bolongi neck gitar saya dengan besi panas untuk menambah lubang bagi string. Saya setem rendah juga agar saat keluar suaranya audience bisa mendengar sound yang lebih keras dan berat. Saya punya banyak gitar saat itu, ada yang menggunakan 6 string, 9 string dan 10 string. Saya ingin sound gitar saya berbeda dengan band-band lainnya saat itu.

Apa saja guitar songs favorit Anda sepanjang masa?

Saya pertama kali mendengar musik dari Les Paul di tahun 1951 dan jatuh cinta setelahnya. Dia main sepertinya dengan double speed tapi ternyata dia main pelan dan banyak menggunakan trick. Les adalah pencipta gitar sekaligus gitaris modern terbaik sepanjang masa.

Dari mana Anda mendapat inspirasi bermain gitar dengan gigi, kaki dan di belakang leher serta berbagai atraksi lainnya? Padahal Jimi Hendrix atau Jimmy Page belum eksis saat itu.

Itu memang terjadi begitu saja. Saya tidak mendapat inspirasi dari siapapun karena memang belum ada yang bermain seperti itu saat itu. Saya mencoba-coba saja awalnya. Saya suka main gitar dengan cara lain yang berbeda dengan gitaris lainnya. I want to play like that just for fun. Ternyata sampai sekarang banyak yang meniru.

Anda kabarnya pernah menjual gitar ke gitaris Golden Earring dan gitar itu digunakan untuk merekam hit terbesar mereka “Radar Love”. Benarkah?

Gitar itu tidak saya jual tapi saya berikan ke gitaris mereka. Kebetulan Golden Earring (Band rock tertua di dunia versi Guiness Book of World Records – Red) belum terkenal sama sekali saat itu. Saya punya banyak gitar jadi tidak ingat dengan jelas. Banyak orang bilang mereka merekam “Radar Love” dengan gitar saya, itu mungkin saja.

Apakah benar The Tielman Brothers pernah bermain di depan Presiden Soekarno?

Benar. Tapi tidak bermain musik tapi menari. Waktu itu tahun 1949 kami masih bernama The Timor Rhythm Brothers. Kami diundang menari di depan Presiden Soekarno di istana dengan diiringi lagu “Bolelebo.” Kami mengenakan pakaian tradisional Kupang karena kami asli sana. Kami 4 bersaudara menari sementara bapak saya main gitar dan ibu saya main Sasando. Pengalaman yang tidak akan saya lupakan seumur hidup.

Apakah The Tielman Brothers pernah konser di Indonesia?

Sampai akhirnya bubar tahun 1981 The Tielman Brothers belum pernah konser di Indonesia. We would like to play in Indonesia but never had the chance.

George Harrison sempat memuji Anda di Rolling Stone USA sebagai “Andy: The Indo Man”. Bagaimana perasaan Anda?

Saya mendengar cerita itu. Tapi dia tidak pernah bicara langsung dengan saya secara pribadi, hanya lewat media. Tapi saya mengenalnya, personally. Of course I’m proud! Sayang sekali dia sudah meninggal dunia sekarang.

Bagaimana rasanya menjadi band yang berpengaruh dalam awal karir The Beatles?

Saya harus bilang kami tidak mempengaruhi apapun bagi The Beatles. Saat itu belum ada The Beatles tapi The Beat Brothers. Banyak orang Inggris yang datang ke bar di Hamburg dan menyaksikan kami main. Most of that English people just come to see us playing. Saya masih ingat jelas mukanya John Lennon, Paul McCartney, George Harrison. Drummer mereka bukan Ringo Starr tapi Pete Best. Kami pernah bertemu sebelum mereka terkenal. We’ve talked to them. Tapi saya tidak mau bilang saya mempengaruhi The Beatles. Wong Jowo itu tidak sok-sokan (Tertawa).

Bagaimana rasanya tampil di depan Ratu Beatrix?

Wah, itu pengalaman paling hebat. I was very nervous. Sudah lama sekali saya tidak begitu. I do a mini concert untuk pembukaan Pasar Malam, membawakan beberapa lagu rock & roll klasik. Setelah itu Ratu bilang ke saya kalau dia jadi ingat masa mudanya dulu. Dia juga tahu kalau saya berasal dari Indonesia. Pak Habibie (Duta Besar RI untuk Kerajaan Belanda - Red) menonton juga tepat di sampingnya. Queen itu kedudukannya tertinggi di sini tapi dia mau mengundang musisi rock & roll seperti saya. Memang aneh tapi pengalaman yang hebat (Tertawa).

Bulan Juli mendatang Anda akan tampil kembali di Indonesia dalam acara Jakarta Rock Parade. Apa harapan Anda nanti?

It is a great honour to play in Indonesia again. Saya harap publik Indonesia menerima saya sebagai anak Indonesia. Saya akan tampil sebaik-baiknya untuk audience Indonesia dan berjanji tidak akan mengecewakan. Saya juga berjuang di sini untuk kemajuan musik Indonesia. Paspor saya memang Dutch tapi rock & roll tidak pernah mengenal paspor! (Tertawa) Saya pemain musik dan darah saya asli Indonesia.

Tahun berapa terakhir kalinya Anda tampil di sini? 

Tahun 1995 saya sempat rekaman lagi di Surabaya. Ojo lali aku wong suroboyo lho (Tertawa). Kalo bahasa Jawa tidak bisa lupa tapi kasar sekali bahasa yang saya kuasai. Saya dibesarkan di daerah Tambaksari. Ayah saya orang Kupang dan ibu saya dari Madiun. Saya sendiri lahir di Makassar tapi besar di Surabaya.

Apa proyek Anda selanjutnya di masa depan? 

Saya akan terus main musik. Semoga Tuhan membantu saya untuk terus rock & roll! I need some strength untuk bernyanyi seterusnya. Music is my life. Saya melakukan ini untuk anak saya juga yang masih berusia 12 tahun.