Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Masyarakat Melayu Lingga Masih Menjaga Tradisi Tari Inai
Oleh : Nurjali
Jum'at | 30-06-2017 | 11:38 WIB
tari-inai-01.gif Honda-Batam
Dua bocah melakukan tarian inai pada acara pernihakan di Kabupaten Lingga. (Foto: Nurjali)

BATAMTODAY.COM, Dabosingkep - Usai lebaran, sebagaian besar masyarakat Melayu melangsungkan acara pernikahan. Di mana, bulan setelah lebaran dianggap bulan yang baik untuk melangsungkan tradisi pernikahan, khusunya bagi masyarakat Melayu Lingga dan pulau Singkep.

Pada saat musim nikah ini, salah satu tradisi yang masih terjaga sampai sekarang ini yakni tari inai. Tarian ini merupakan khas Melayu, yang menjadi ritual khusus sebelum bertepuk tepung tawar.

Zaman semakin berkembang, ketakutan akan para orang tua akan hilangnya tradisi ini membuat beberapa daerah di pulau singkep khususnya mendidik anak-anak untuk menjadi pemeran tari inai ini sendiri.

Ferry, salah satu warga Sungai Buluh yang juga sering melatih tari inai mengatakan, tari inai sendiri berasal dari masyarakat Melayu. Tarian ini disebut juga terinai yang hingga kini melekat di masyarakat Riau dan Jambi meskipun berbeda Provinsi namun tari inai dijadikan salah satu ritual pernikahan masyarakat Melayu.

"Belum lengkap rasanya kalau belum ada tari inai, dan ini turun temurun hanya waktunya lebih dipersingkat seiring perkembangan zaman sekarang," ujar Ferry, baru-baru ini.

Gerakan tari inai sangat mirip dengan gerakan silat yang diperhalus. Jika dulunya para orang tua yang melakoni tarian ini dan lebih diutamakan laki-laki. Namun ketakutan masyarakat akan punahnya budaya Melayu pelengkap pernikahan ini, warga lebih sering menampilkan anak-anak untuk memerankan tarian ini baik itu perempuan maupun laki-laki.

Biasanya tari inai ini dilaksanakan usai pengucapan ijab kabul, ada juga yang saat kedua pengantin memasang inai, sebelum pelaksanaan resepsi atau bersanding di pelaminan.

"Raja sehari dalam tradisi Melayu itu adalah bersanding di pelaminan, jadi sebelum itu mereka diinai dan ditepung tawari, saat inilah iringan tari inai disajikan," sebutnya.

Inai adalah salah satu tanaman pewarna yang dihaluskan dijadikan pewarna ditangan, kuku dan telapak tangan. Pengantin laki-laki dan perempuan sebelum duduk bersanding akan diberi hiasan inai sebagai penanda berakhirnya masa lajang.

"Kalau dulu inai itu hilangnya berhari-hari, jadi sebagai tanda orang sudah menikah maka tangannya berinai," sebutnya.

Di musim bulan Syawal dalam penanggalan kalender Hijriyah ini adalah hari yang banyak digunakan warga untuk melangsungkan niat baik pernikahan. Sehingga tak heran job bagi penari inai akan semakin banyak, uniknya para penari inai ini jarang sekali dibayar dengan menggunakan Rupiah.

Mereka lebih banyak hanya diberikan ucapan terima kasih berupa telur merah dan nasi manis. Namun hal ini semakin memotivasi anak-anak ini untuk tampil memberikan gerakan tari inai di hadapan para pengantin dan selalu menerima tawaran dari masyarakat yang membutuhkan.

"Di saat inilah sebenarnya rasa kebersamaan dan gotong royong masyarakat Melayu itu yang masih terjaga," ujar Ferry.

Editor: Gokli