Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bangsa Indonesia yang Multikultural Diperlukan Pembinaan Berkesinambungan
Oleh : Roland Aritonang
Selasa | 06-06-2017 | 15:14 WIB
RDP_HMI_Tj_Pinang_2017_(1).jpg Honda-Batam

PKP Developer

Rapat Dengar Pendapat Senator Muhammad Nabil dengan Himpunan Mahasiswa Islam di Hotel Bali Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

BATAMTODAY.COM, Tanjungpinang - Senator Muhammad Nabil mengatakan, untuk membinan bangsa Indonesia yang multikultural diperlukan upaya yang berkesinambungan dari berbagai aspek, sehingga terintegrasi secara nasional melalui Bhinneka Tunggal Ika.

"Prinsip bersatu dalam perbedaan karena individu dalam masyarakat majemuk haruslah memiliki kesetiaan ganda terhadap bangsa-negaranya, mereka juga tetap memiliki keterikatan terhadap identitas kelompoknya. Jadi bhineka tunggal ika mempunyai banyak peran penting dalam kemajuan, kemakmuran dan keamanan bangsa ini," kata Nabil dalam Rapat Dengar Pendapat dengan Himpunan Mahasiswa Islam, pada 16 April 2017 lalu di Hotel Bali Tanjungpinang, Kepulauan Riau.

Menurutnya, peran penting dari Bhinneka Tunggal Ika yang paling penting atau utama adalah sebagai pemersatu bangsa.

"Ini untuk meningkatkan derajat bangsa agar dapat dilihat dan tidak dipandang sebelah mata lagi dengan negara-negara lain," katanya.

Untuk mewujudkan kesatuan Indonesia, lanjutnya, ada tiga punya, yakni pertama mentransformasikan kesadaran multikulturalisme menjadi identitas nasional dengan bertumpu pada penghargaan terhadap kepluralistikan masyarakat Indonesia.

"Untuk itu Bhinneka Tunggal Ika sebagai teks ideal senantiasa perlu dibaca ulang pada setiap zaman karena pada prinsipnya identitas tidak pernah final," katanya.

Kedua, membangun integrasi nasional yang berbasis multikulturalisme dengan mendorong kesadaran masyarakat menggunakan hak konstitusinya dalam berkumpul, berserikat, dan berpendapat guna memperjuangkan hak-hak keadilan, kebebasan, kesetaraan, serta berpartisipasi aktif dalam pembangunan.

"Kemudian, mendorong pemerintah menjadikan civil society sebagai mitra kerja, baik dalam pengambilan kebijakan dan ekskusinya pada bidang-bidang yang menyangkut hajat hidup masyarakat dengan tetap memperhatikan entitas-entitas budaya lokal," katanya.

Ketiga, mendorong peran agama dalam kehidupan sosial dan kebudayaan misalnya, dengan menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah Tuhan, bukan agama.

"Melalui kesadaran ini, antarumat beragama tidak saling menghujat, mati-matian membela agamanya yang seolah-olah membela Tuhannya, dan menawarkan keselamatan kepada orang lain dengan tujuan konversi agama. Dengan demikian, agama menjadi pemersatu bagi seluruh masyarakat dan tidak sebaliknya menjadi alat pemecah," kata Anggota Komite IV DPD RI ini.

Editor: Surya