Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Bom Kampung Melayu Dikhawatirkan Turunkan Daya Saing Pariwisata Indonesia
Oleh : Redaksi
Minggu | 28-05-2017 | 10:55 WIB
menpar-arif1.jpg Honda-Batam
Menteri Pariwisata Arief Yahya

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Indeks daya saing pariwisata Indonesia di kancah dunia dikhawatirkan akan turun akibat ledakan bom Kampung Melayu, Jakarta pada Rabu (24/5/2017). Hal itu disampaikan oleh Menteri Pariwisata Arief Yahya.

"Pertama-tama kami ucapkan belasungkawa dan simpati kepada keluarga korban, baik polisi gugur dalam menunaikan tugas, maupun masyarakat. Kami sangat concern dengan TTCI (Travel and Tourism Competitiveness Index) yang dikeluarkan World Economic Forum (WEF)," kata Arief di Jakarta kemarin.

Dalam laporan TTCI tersebut faktor safety and security adalah satu dari 14 pilar yang dikalibrasi oleh WEF.

Menurut Arief, penilaian total dari 2015 ke 2017, kemampuan daya saing kepariwisataan Indonesia naik dari 50 ke 42 besar dunia.

"Point safety and security sendiri sebenarnya sedang turun dari peringkat 83 ke 91.
Saya khawatir, kejadian bom seperti ini, yang viral di media digital, heboh di media konvensionalakan semakin menggerus indeks daya saing pariwisata (Indonesia)," tambahnya.

Ia menyebut dampak dari turunnya indeks daya saing pariwisata WEF memberatkan posisi Indonesia di kancah dunia.

Menurut Arief, saat ini Indonesia tengah melakukan promosi besar-besaran sejak 2015 di semua channel media dan pasar utama wisatawan mancanegara.

"Dengan strategi DOT (Destination, Origination, Timeline), saat inilah bulan Mei 2017 kami promosi untuk menangkap calon travellers yang akan berwisata di pertengahan tahun Juni-Juli 2017. Bom itu datang di saat timing kita berpromosi," ujar Arief.

Kementerian Pariwisata telah mengantisipasi kejadian krisis seperti teror bom. Arief mengaku telah membuat program Crisis Center Kementerian Pariwisata sebagai 10 program prioritas kerja kementerian.

"Sebulan lalu, tim Crisis Center ini sudah Focus Group Discussion mengumpulkan semua stakeholders yang terkait dengan situasi darurat yang sangat menekan sektor pariwisata. Ada Polri, Basarnas, BNPB, PMI, Kementerian Kesehatan, Kementerian LHK, Kementerian Lembaga lain, yang menangani situasi gawat darurat," tambahnya.


Ia juga mengatakan sektor industri pariwisata juga terkena dampaknya. Arief sepakat bersama lembaga lain yang menangani situasi gawat darurat seperti teror bom ini.

"Kami bersepakat setiap bulan bertemu, agar punya bahasa yang sama, tidak saling melemahkan. Ada juga asosiasi pengusaha sektor pariwisata, yang paling ujung terkena dampaknya, PHRI, Asita, dan lain-lain. Satu hal yang kita sepakati adalah jangan menakut-nakuti wisatawan untuk datang ke Indonesia dengan menyampaikan data dan informasi yang bisa disalahtafsirkan," kata Arief Yahya.

Sumber: Kompas.com

Editor: Surya