Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Mengenal Silat Sendeng dan Cekak, Bela Diri Asli Bintan yang Nyaris Punah
Oleh : CR-15
Rabu | 17-05-2017 | 12:16 WIB
beladiri-melayu1.gif Honda-Batam
Saiman (kiri), H. Idris (kanan), guru silat sendeng dan cekak di kampung Sei Lepan Bintan. (Foto: CR-15)

BATAMTODAY.COM, Bintan - Silat Sendeng dan Cekak, seni bela diri ini memang kurang familiar terdengar di kalangan masyarakat. Padahal silat Sendeng dan Cekak merupakan bela diri khas Melayu Bintan yang dipelajari secara turun-temurun.

Saiman, seorang guru Silat Sendeng dan Cekak menerangkan, bela diri ini pertama sekali dipelopori pendekar Bintan bernama Raja Ahmad yang dikembangkan dari ajaran sesepuh Melayu sejak zaman dulu. Salah satu perguruan yang masih ada di Bintan yakni perguruan di Kampung Sei Lepan, Kecamatan Serikuala Lobam, Bintan.

"Silat Sendeng dan Cekak diajarkan secara turun temurun oleh leluhur orang tua kami. Ini kesenian bela diri asli dan salah satu budaya melayu," kata Saiman.

Sementara, H. Idris Umar (55), guru silat ini juga mengaku bahwa saat ini bela diri Sendeng dan Cekaksudah langka di tanah Bintan, walaupun tempat kelahiran beladiri itu sendiri.

"Silat ini sudah di ajarkan dan dibawa keluar daerah seperti Batam, Palembang, Jakarta hingga negeri jiran Malaysia tetapi di tanahnya sendiri justru silat ini hampir hilang. Padahal dulu silat melayu terkenal sebagai ilmu bela diri yang kuat dan tangkas," bebernya kepada BATAMTODAY.COM, Rabu (17/5/2017).

Perbedaan dari Silat Sendeng dan Silat Cekak terletak pada teknik dan jurusnya. Silat Sendeng dan silat Cekak sering ditampilkan pada saat ada upacara adat, acara pernikahan, khitanan dan acara pawai serta sejumlah kegiatan lainnya di tanah melayu.

"Untuk mempertahankan seni dan budaya khas melayu ini, kita latihan seminggu 2 kali yaitu setiap Sabtu malam dan Senin malam. Yang kita ajarkan anak-anak usia sekolah SD hingga SMA di kampung ini," ujar Saiman.

Sayangnya, di tanah asalnya yaitu Bintan, silat ini sampai sekarang hanya dijadikan sebagai ilmu untuk bela diri saja dan belum ada kepengurusan yang tetap agar kesenian beladiri budaya melayu ini bisa lebih berkembang. Kata Idris, pemerintah setempat sangat mengapresiasi jika mereka ingin membentuk organisasi yang jelas dan teratur.

"Kalau dari pemerintah setempat sudah memberi dukungan supaya dibentuk kepengurusannya agar silat ini bisa berkembang. Namun dari kami para pengajar silat belum ada niat untuk kesitu. Maklum, kami sudah tua dan berumur untuk berorganisasi. Yang penting, silat ini tetap di ajarkan ke anak-anak kami agar tidak hilang ditelan oleh zaman," imbuhnya.

Editor: Yudha