Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Perdagangan Ilegal dan Perusakan Hutan Ancam Keberadaan Angrek Alam Indonesia
Oleh : Redaksi
Sabtu | 13-05-2017 | 11:33 WIB
angrek-01.gif Honda-Batam
Ilustrasi.

BATAMTODAY.COM, Bogor - Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) mengungkapkan keberadaan anggrek alam di Tanah Air mengalami ancaman baik dari perdagangan ilegal maupun pembukaan dan pengerusakan hutan.

"Seperti habitat asli anggrek Hartinah (Cymbidium hartinahiamae) di tepi Danau Toba, Sumatera Utara, sekarang sudah berubah menjadi ladang kentang," kata Ennie D Satoto, Sekretaris Umum PAI, dalam acara jelang dua abad Kebun Raya Bogor di Bogor, Jabar, Jumat.

Ia menyebutkan, anggrek Hartinah berbeda dengan anggrek Jawa, anggrek Bulan raksasa dan anggrek kasut hijau, sangat sulit untuk dilestarikan di luar habitat aslinya (ek-situ).

Secara umum anggrek sangat digemari oleh kalangan masyarakat tertentu, Ennie menjelaskan, produksi bunga anggrek hibrida nasional sebanyak 21 juta tangkai lebih. Produksi tersebut masih rendah dibanding krisan sebanyak 442 juta tangkai, sedap malam 116 juta tangkai dan mawar 188 juta tangkai.

Ia menjelaskan, beberapa spesies anggrek alam Indonesia, misalnya anggrek bulan Jawa Phalaenopsis javanica, anggrek bulan raksasa (Phalaenopsis giganiea) dan anggrek kasut hijau (Paphiopedilum javanicum), sekarang lebih banyak berada di luar negeri, bahkan tidak ada di habitat aslinya.

Anggrek Jawa, lanjutnya, merupakan tanaman endemk Cianjur Selatan, Jawa Barat, sekarang sudah tidak bisa dijumpai lagi habitat aslinya.

"Mencari anggrek bulan Jawa di Singapura, lebih mudah dibandingkan mencarinya di Jakarta," katanya.

Begitu pula dengan anggrek bulan raksasa dan anggrek kasut hijau yang lebih mudah didapatkan di Thailand dan Taiwan.

Berangkat dari keprihatinan tersebut, lanjut Ennie, kondisi anggrek alam Indonesia keberadaannya terus terancam. Tahun 2016 telah ditemukan dua spesies anggrek kantung (Papiopediham) baru di Aceh.

PAI bekerja sama dengan UPT Badan Konservasi Tumbuhan (BKT) Kebun Raya Purwodadi, LIPI telah melakukan eksplorasi ke hutan Aceh. Dari ekplorasi ditemukan dua spesies baru anggrek kentang.

"Dua anggrek ini hasil eksplorasi selanjutnya dideskripsi oleh Destario Metusaia dari LIPI," katanya.

Dua jenis baru tersebut diberikan nama Pahiapedilum junatum dan Paphiapedilum bungabelangi.

Hasil penemuan dua spesies anggrek kantung baru ini, kemudian jurnal ilmiah Journal of Botany pada pertengahan Maret 2017.

"Kehadiran dua jenis baru ini menjadi kado istimewa dari PAI dan BKT Kebun Raya Purwodadi kepada Kebun Raya Bogor," katanya.

Sumber: ANTARA
Editor: Gokli