Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Seorang Pendeta dan Delapan Orang Dibantai di Brasil Barat
Oleh : Redaksi
Senin | 24-04-2017 | 20:02 WIB
polisi.gif Honda-Batam

Polisi Brasil, Minggu (23/4/2017) mengatakan, sembilan orang tewas dibantai di bagian barat negara itu pada Kamis pekan lalu.(Reuters)

BATAMTODAY.COM, Rio De Janeiro - Sembilan orang, termasuk seorang pendeta Kristen Evangelis, dibantai di daerah terpencil di Brasil barat. Mereka ditikam dan ditembak mati.

Polisi Brasil menyampaikan informasi itu saat penguburan para korban pada Minggu (23/4/2017) waktu setempat seperti dilaporkan kantor berita Agence France-Prese pada Senin (24/4/2017).

Belum ada terduga pelaku yang ditangkap dalam insiden pembantaian yang terjadi pada Kamis pekan lalu di negara bagian Mato Grosso, Brasil barat itu.

Kelompok HAM mengatakan, pembunuhan itu adalah salah satu pola tekanan brutal oleh tuan tanah yang kaya untuk menggeser para petani kecil dari daerah kaya dan menguntungkan.

Petugas keamanan negara bagian Mato Grosso mengatakan di dalam sebuah pernyataan pada Minggu (23/4/2017) bahwa para korban, semuanya pria, berusia antara 23 tahun hingga 52 tahun.

Para korban itu diidentifikasi sebagai penduduk Gleba Taquarucu do Norte, yang terletak di daerah dekat perbatasan dengan Bolivia.

Daerah tersebut hanya bisa dijangkau dengan jalan kaki atau menggunakan perahu dan terisolasi dari jangkauan komunikasi telepon.

Seorang pendeta ternama dari gereja Kristen Majelis Allah juga menjadi korban dalam pembantaian di Gleba Taquarucu do Norte, daerah terpencil di Brasil barat.

Radio CBN dan media Brasil lainnya melaporkan, beberapa korban tewas itu ditemukan dalam kondisi dipenggal.

Situs berita Globo mengatakan, ada tanda-tanda penyiksaan dan beberapa korban disiksa dalam kondisi terikat.

Dihubungi oleh AFP, juru bicara polisi tidak mengkonfirmasi atau menolak tentang insiden tersebut.

Polisi dan tokoh gereja setempat mengatakan, pembantaian teradap sembilan orang, termasuk seorang pendeta itu, adalah teror terhadap petani kecil agar meninggalkan daerah mereka.

Sumber: AFP
Editor: Udin