BATAMTODAY.COM, Batam - "Batik Girl For Asean" yang diselenggarakan di Hotel Novotel, Kota Batam, bertujuan untuk meningkatkan kemampuan ibu-ibu dalam berkreativitas. Sehingga bisa tampil lebih cantik, mandiri dan peduli. Kegiatan itu juga diselenggarakan bersempena dengan perayaan "Happy Universery Novotel ke-20, Jumat (24/3/2017).
Founder Cinderella from Indonesia Center, Lusia Efirani, menjelaskan bahwa kegiatan yang sudah berjalan selama empat tahun ini, akan mengundang ibu-ibu rumah tangga untuk meningkatkan kemampuan kreativitas yang dimilikinya, sehingga bermanfaat dan menghasilkan keuntungan.
"Di sini saya mengimbau bagi perempuan yang memiliki bakat, akan diajarkan serta langsung mempraktekkan dan bisa menghasilkan keuntungan untuk membantu perekonomian di dalam rumah tangga," paparnya kepada BATAMTODAY.COM.
Menurutnya, perajin batik ini juga bagus dilakukan untuk kalangan muda, seperti di kampus misalnya. Sehingga bisa memasarkan kepada teman-teman kampus yang lain. Dan dari sana, bisa mendapatkan penghasilan sendiri sehingga dapat membantu orangtua.
Khusus untuk Cinderella from Indonesia Center, kata Lusi lagi, bersedia menyediakan peralatan lengkap yang dibutuhkan, sesuai dengan kemampuan masing-masing.
"Sekarang kami buka di Ruko Dutamas Trafalgar Mall no.18B. Tapi kami berharap anak muda juga bisa bergabung dan ikut serta dalam kegiatan kreatif ini, sesuai keterampilan yang dimilikinya. Bisa masak kue, menjahit, membuat es dan yang lain sebagainya," katanya.
Dahulunya kata Lusi, kegiatan ini diawali dari kegemarannya bersosialisasi ke Lapas. Sehingga memberikan motivasi buat narapida. Namun lama-kelamaan berinisiatif untuk membuat keterampilan dengan membuat es dan akhirnya menghasilkan keuntungan yang cukup lumayan.
"Awalnya saya hanya suka ke Lapas untuk memberi motivasi aja. Setelah itu, saya menemukan ide kreatif untuk membuat es dan kue. Semua itu berjalan selama setahun serta bisa menguntungkan untuk narapidana lain untuk minum es dan kue tersebut. Penghasilan yang dihasilkan cukup baik," ujarnya.
Ide kreativitas Lusia Efirani tentang batik ini pun terus diasahnya hingga ke manca negara. Bahkan, hobby traveling ke berbagai negara, membuat Lusi akhirnya berlabuh di Amerika dan Australia untuk melanjutkan jenjang pendidikannya.
Namun yang menarik dari keseharian Lusi, ia kerap menggunakan busana batik, baik pada acara resmi maupun saat ia santai. Sehingga dirinya dijuluki "Doll from Indonesia" oleh para sahabat dan kaum kerabatnya saat itu.
Diberi julukan seperti itu, justru menjadi motivasi tersendiri bagi Lusi, sehingga ia terinspirasi dan mencoba membuat boneka dengan menggunakan bahan dasar dari kain batik.
"Membuat boneka berpakaian batik ini, mulai saya terapkan di Lapas. setelah itu saya bawa ke luar negeri untuk memperkenalkannya. Alhamdulillah, orang luar sangat menyukainya dan saya jual setiap boneka seharga Rp150.000," jelasnya.
Bahkan kata Lusi lagi, target produksi untuk tahun ini sebanyak 10.000 boneka. Ia memberikan ide kreativitas itu kepada anak jalanan yang sudah dimilikinya hingga 100 orang, napi remaja 50 orang dan 500 warga binaan di rumah tahanan. Sehingga, semua yang melakukan kegiatan kreativitas tersebut mendapatkan keuntungan.
"Bukan hanya boneka batik aja, tapi akan ada little lucy yang nantinya dihargai Rp350.000 dan dari keuntungan itu, saya akan menanggungjawabi kehidupan anak jalanan," ungkapnya.
Selain berinovasi, kegiatan sosial yang sering dilakukan Lusia Efirani di Indonesia yakni membagikan boneka kepada anak-anak yang mengidap penyakit HIV/ AIDS, kangker dan penyakit ganas lainnya. Itu dilakukannya untuk menambah motivasi bagi si anak.
"Kalau di Indonesia, boneka ini enggak laku. Sedangkan di Luar Negeri banyak loh peminatnya," pungkasnya.
Editor: Udin
Namun yang menarik dari keseharian Lusi, ia kerap menggunakan busana batik, baik pada acara resmi maupun saat ia santai. Sehingga dirinya dijuluki "Doll from Indonesia" oleh para sahabat dan kaum kerabatnya saat itu.
Diberi julukan seperti itu, justru menjadi motivasi tersendiri bagi Lusi, sehingga ia terinspirasi dan mencoba membuat boneka dengan menggunakan bahan dasar dari kain batik.
"Membuat boneka berpakaian batik ini, mulai saya terapkan di Lapas. setelah itu saya bawa ke luar negeri untuk memperkenalkannya. Alhamdulillah, orang luar sangat menyukainya dan saya jual setiap boneka seharga Rp150.000," jelasnya.
Bahkan kata Lusi lagi, target produksi untuk tahun ini sebanyak 10.000 boneka. Ia memberikan ide kreativitas itu kepada anak jalanan yang sudah dimilikinya hingga 100 orang, napi remaja 50 orang dan 500 warga binaan di rumah tahanan. Sehingga, semua yang melakukan kegiatan kreativitas tersebut mendapatkan keuntungan.
"Bukan hanya boneka batik aja, tapi akan ada little lucy yang nantinya dihargai Rp350.000 dan dari keuntungan itu, saya akan menanggungjawabi kehidupan anak jalanan," ungkapnya.
Selain berinovasi, kegiatan sosial yang sering dilakukan Lusia Efirani di Indonesia yakni membagikan boneka kepada anak-anak yang mengidap penyakit HIV/ AIDS, kangker dan penyakit ganas lainnya. Itu dilakukannya untuk menambah motivasi bagi si anak.
"Kalau di Indonesia, boneka ini enggak laku. Sedangkan di Luar Negeri banyak loh peminatnya," pungkasnya.
Editor: Udin
Founder Cinderella from Indonesia Center, Lusia Efirani (Foto: Suci Ramadhani)