Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Membangun NKRI Tak Bisa Dilakukan secara Parsial
Oleh : Hadli
Minggu | 19-03-2017 | 11:00 WIB
4pilar_hpinto.jpg Honda-Batam

PKP Developer

Sosialisasi Empat Pilar Anggota Komite MPR/DPD RI asal Provinsi Kepulauan Riau Haripinto Tanuwidjaja di Gereja Bethel Indonesia Panbil Mall, Kota Batam, bersama organisasi Ikatan Pendeta Menetap Batam (IPMB)

BATAMTODAY.COM, Batam - Membangun keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bisa dilakukan secara parsial, melainkan membutuhkan peran segenap komponen bangsa. Peran tersebut harus dimulai sejak dini dengan memberikan dasar-dasar dan pandangan hidup universal.

Nilai universal dalam kehidupan berbangsa,bernegara dan bermasyarakat terdapat dalam Pancasila sebagai dasar dan falsafah bangsa Indonesia.

Peran bersama antar komponen bangsa, pemerintah, swasta dan masyarakat benar-benar diperlukan untuk membangun dan menggiring semangat dan wawasan kebangsaan. Salah satu upaya yang dilakukan adalah pembinaan ideologi Pancasila dan pendidikan kewarganegaraan.

Muatan pendidikan yang diberikan didesain untuk menumbuh kembangkan semangat persatuan dan kesatuan ditunjang oleh pandangan dan wawasan nusantara serta pribadi yang merupakan bagian dari bangsa yang besar yang tahu akan status diri dan lingkungannya.

Hal itu diutarakan Anggota MPR/DPD RI dari Kepulauan Riau Haripinto Tanuwidjaja saat membuka secara simbolis acara Sosialisasi Empat Pilar Kehidupan Berbangsa dan Bernegara MPR RI di Gereja Bethel Indonesia Panbil, Batam bersama organisasi Ikatan Pendeta Menetap Batam (IPMB), Kamis, 16 Febuari 2017.

Yudi Latif MA PhD yang tampil sebagai narasumber dalam acara tersebut menyampaikan, apa yang melukai bangsa kita ini bisa merahmatinya. Dalam pertikaian, masyarakat harus disadarkan arti penting merawat persatuan dalam perbedaan dengan berbagi kesejahteraan. Kegelapan menyediakan kunang-kunang penuntun perjalanan bangsa.

Yudi Latif pun mengutip perkataan Jalaluddin Rumi. "Kesedihan menyiapkanmu untuk kegembiraan. Dia menyapu bersih semuanya dari rumahmu, sehingga kegembiraan baru dapat memasuki ruang. Dia menggugurkan dedaunan yang menguning dari dahan hatimu, agar dedaunan hijau dan segar dapat tumbuh di tempatnya. Dia mencerabut akar yang busuk, agar akar baru yang tersembunyi di baliknya punya ruang untuk tumbuh. Kesedihan apapun yang luruh dari hatimu, hal-hal yang jauh lebih baik akan mengambil alih tempatnya."

"Yang berarti, bangsa dalam zona keseragaman terguncang hadapi globalisasi keragaman. Bahkan bangsa maju kembali mengeja multikulturalisme secara tergagap. Tak sedikit gagal, berujung populisme dengan supremasi tribalisme anti asing dan anti keragaman," kata Yudi Latif.

Menurut Yudi Latif, Indonesia telah banyak makan asam garam. Bangsa maritim di tengah persilangan arus manusia dan peradaban dunia, terbiasa menerima perbedaan. Jauh sebelum merdeka, para pemuda lintas etnis dan agama sudah menemukan penyebut bersama dalam keragaman bangsa. Saat dasar negara dan konstitusi Indonesia dirumuskan, perwakilan berbagai golongan terwakili, menghadirkan negara semua buat semua.

Pdt Fresly B. Sihombing, Ketua Ikatan Pendeta Menetap Batam, mengapresiasi dan memberikan penghargaan atas terselenggaranya Sosialisasi Empat pilar kehidupan berbangsa dan bernegara MPR RI yang disampaikan oleh Haripinto Tanuwidjaja dan Yudi Latif.

Senator Haripinto Tanuwidjaja mengatakan, pemahaman dan implementasi terhadap nilai-nilai yang terkandung dalam 4 pilar negara harus selalu ditumbuh kembangkan dalam mewujudkan cita-cita masa depan Indonesia yang lebih baik menuju masyarakat yang adil, sejahtera makmur serta menjadi negara yang berdaulat dan bermartabat.

"Dengan sosialisasi tersebut diharapkan lebih banyak masyarakat yang memahami nilai-nilai Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 sebagai dasar negara dan landasan kehidupan berbangsa serta bernegara,” pungkasnya.

Editor: Surya