Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

KLHK Kirim Peneliti Spesies Hayati Baru di Pulau Pejantan Kepri
Oleh : Redaksi
Kamis | 09-03-2017 | 11:50 WIB
keanekaragaman-hayati-Tambelan1.gif Honda-Batam

Species kupu-kupu. (Carl Court / Getty Images)

BATAMTODAY.COM, Bogor - Badan Penelitian Pengembangan dan Inovasi, Direktorat Jendral Konservasi Daya Alam dan Ekosiatem, Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) akan mengirimkan penelitinya untuk meriset keanekaragaman hayati di Pulau Pejantan, Kecamatan Tambelan, Kepulauan Riau. Penelitian itu dilakukan untuk menindaklanjuti temuan 350 spesies baru di Pulau Pejantan oleh peneliti Institute of Critical Zoologists (ICZ) dari Jepang.

 

"Sebanyak 11 orang peneliti Balitbang dan Inovasi, langsung kami tugaskan untuk melakukan riset selama dua minggu di Pulau Pejantan," kata Kepala Badan Penelitian Pengembangan dan inovasi KLHK Henri Bastaman, Selasa 8 Maret 2017.

Balitbang KLHK termotivasi melakukan riset di Pulau Pejantan setelah temuan peneliti asal Jepang itu diposting dalam web-nya www.criticalzoologist.org. Dalam laporan itu disebutkan tim ICZ menemukan 350 spesies yang diduga spesies baru dalam observasi dari tahun 2009 hingga 2013.

Henri mengatakan diduga banyak pulau terisolir di Indonesia memiliki ekosistem yang luar biasa, seperti Pulau Pejantan tersebut. "Informasi ini menggugah kita, ternyata masih banyak pulau terjauh memiliki ekosiatem luar biasa, yang harus kita jaga karena menjadi kekayaan "Kehati" yang luar biasa," kata dia.

Hingga saat ini, Balitbang KLHK tidak memiliki data pulau-pulau yang dimungkinkan memiliki ekosistem yang luar biasa, karena masih banyak lagi pulau-pulau di indonesia yang jauh dan sulit dijangkau, "Mungkin kita harus membentuk badan dan regulasi untuk pengelolaannya karena harus melibatkan pihak pemda," kata dia.

Akan tetapi berdasarkan hasil temuan kesebelas peneliti yang langsung ke Pulau Pejantan selama lebih dua pekan tersebut, pihaknya meragukan ada 350 sepesies baru seperti yang dirilis di laman ICZ karena kawasan pulau Pejantan tersebut hanya memiliki luas 926 hektar. Peneliti Balitbang dapat mendatangi dan menjangkau seluruh kawasan pulau itu dalam waktu dua minggu.

"Jika ditemukan spesies baru di Pulau Pejantan sudah pasti ada, karena peneliti kami pun menemukan sejumlah flora dan fauna yang diduga spesies baru, " kata dia.

Dia menyatakan, catatan di www.criticalzoologist.org, peneliti Institute of Critical Zoologists (ICZ) Jepang menyebutkan jika di pulau Pejantan tersebut ditemukan Black Geyser (semburan air hitam) dan ditemukan spesies burung yang menyerupai burung Cendrawasih, " Tapi di lapangan, black geyser itu tidak ada, dan di pulau tersebut juga sangat minim ditemukan burung," kata dia.

Hendra Gunawan, Peneliti utama Balitbang dan Inovasi KLHK, yang melakukan penelitian di Pulau Pejantan mengatakan, banyak keistimewaan dan keunikan yang ditemukan di pulau tersebut, "Salah satu hal yang unik yakni pada puncak perbukitan di Pulau tersebut adalah batu granit yang mengeluarkan mata air, sehingga banyak ditumbuhi pohon" kata dia.

Tim Balitbang KLHK menemukan banyak flora dan fauna spesies baru, diantaranya jenis tupai tiga warna yang jenisnya berbeda dengan tupai tiga warna di Borneo serta sejenis kalong. Mereka juga menemukan tiga jenis tumbuhan kantung semar. "Bahkan jenis anggrek yang kita temukan di sana semuanya hidup di batu bukan di pohon," kata dia.

Tapi untuk memastikan spesies baru atau bukan harus dengan pembuktian tes DNA. "Semuanya harus dites dan diteliti lebih lanjut baik DNA atau pun spesimennya," kata dia.

Sumber: Tempo.co
Editor: Yudha