Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Tak Salah Joko Mengadu Nasib ke Batam
Oleh : Suci Ramadhani
Jum'at | 03-03-2017 | 08:00 WIB
jokobosbakso.jpg Honda-Batam

Senyum Joko dan istrinya, merekah setelah sukses mengadu nasib di Batam. (Foto: Suci Ramadhani)

BERBEKAL skill mengulik daging dicacah menjadi bakso, dan modal Rp10 juta, Joko berhasil merengkuh mimpi di Batam. Sekali lagi, mimpi yang dibangun di jalur bisnis kuliner, mengantarkan seorang pendatang Batam meraih harapan. Bagaimana kisah sukses Joko? Berikut catatan wartawan BATAMTODAY.COM, Suci Ramadhani.

Horas Redjoko, namannya. Tapi kerap disapa Joko. Perantau asal Jawa Timur ini bertekad mengadu nasib di Batam, 2011 berbekal skilnya meracik rempah-rempah khas Indonesia, menjadi bakso.

Bersama istrinya, pria berusia 55 tahun itu merajut hari. Memulai dagangan baksonya di pinggir jalan di Pasar Nusa Santer. "Pertama kali saya buka usaha bakso pinggir jalan," tutur Joko mengisahkan perjalanan hidupnya di Batam, Rabu (1/3/2017).

Kenangan pahit di masa-masa awalnya meniti hari itu, kini terasa manis. Apalagi, disampaikannya sambil sesekali ditingkahi dengan tawa. Banyak kenangan pahit saat itu yang kini menjadi pelajaran mahal, terutama bagi mereka yang ingin meraih mimpi di bisnis kuliner.

Saat itu, tutur Joko, dirinya jualan bakso di pingir jalan menggunakan steling. Di kala itu, sang belahan jiwanya adalah "benteng terkokoh" yang terus memotivasinya untuk terus berjuang meraih mimpi. Seperti saat hujan lebat disertai angin kencang, steling dan terpal dagangannya pun tersapu angin. "Menyedihkan," kata Joko, mengenang.

Meski demikian, pasangan suami istri itu saling menguatkan, hingga mereka tetap kokoh bak karang. "Waktu kami jualan di pinggir jalan, hanya beberapa bulan saja. Karena tempat jualannya tanpa atap. Lalu, saya berinisiatif untuk mencari tempat untuk melanjutkan usahanya itu," paparannya.

Benar kata orang bijak, di mana ada kemauan, di situ ada jalan. Saat pria kelahiran Surakarja 9 Desember 1961 itu mencari tempat jualan yang representatif. Eh, ternyata ada kios kosong di Nasa Senter, Batam Center. Di situlah, pasangan ini berjualan dan tinggal.

Di kios itu, Joko tak lagi hanya jualan bakso, tapi juga menu-menu lain dan aneka minuman segar. "Waktu di kios itu, saya jualan es campur, rawong, tongseng, nasi goreng dan masih banyak lagi. Yang masak istri saya semua, sedangkan saya menyajikannya, kami kerja sama agar usaha kami kedepannya menjadi baik, itu cita-cita saya," tuturnya lagi.

Dengan tekad dan keyakinanya yang tinggi, Joko seolah sudah meneropong tirai sukses bakal terbuka untuk dirinya. Ternyata, tak ada sukses yang diraih tanpa perjuangan. Dan perjuangan yang dihadapi pasangan suami istri itu adalah, salah satunya, saat kiosnya digusur.

"Waktu di kios itu, kami tinggal berdua, dan selalu menyemangati satu sama lain, walaupun pendapatan bisa min dan ples, kami terus bersyukur," jelasnya.

Pendapatan waktu dulu itu mencapai paling minim adalah Rp300.000, walaupun modal yang dikeluarkan sebanyak Rp600.000. Dagangan yang tak lalu itu dibuang. Sedangkan pedapatan palingg banyak Rp1.000.000,- dan modal kembali sekaligus untuk didapat sedikit. "Bersyukur saja, setiap rezeki yang kami dapat," katanya.

Setelah digusur, Joko bangkit lagi. Kini, pasangan asal Jawa Timur itu pun berjualan bakso dan aneka kuliner di Central Sukajadi Blok B1 No 1 Batam Center. Alhamdulillah, kini penghasilan Joko semakin membaik dan sudah memiliki empat orang karyawan.

"Ruko di Central Sukajadi ini saya dapat info dari saudara saya. Karena ceritanya memang dahulu sudah pernah buka jualan, dan saya tinggal melanjutkan. Alhamdulillah, rezeki saya bertambah semenjak buka warung makan Sendang Jadi ini," ujarnya.

Kisah sukses pasangan Joko ini adalah "buku kehidupan" yang patut dibaca dan dipelajari oleh siapa pun, apalagi mereka yang tertarik di bisnis kuliner.

Editor: Dardani