Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Sergei Dubrovin Beberkan Kengerian Sepak Bola Indonesia di Moldova
Oleh : Redaksi
Jum'at | 24-02-2017 | 08:39 WIB
sergei-dubrovin.jpg Honda-Batam

Sergei Dubrovin. (Foto: Moldfootball)

 

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Mantan pelatih Petrokimia Putra, Sergei Dubrovin menceritakan bagaimana sepak bola Indonesia, termasuk kengerian yang pernah dirasakan kepada media Moldova. Selain Petrokimia Putra, Sergei Dubrovin tercatat pernah menangani PKT Bontang, timnas U-23 Indonesia, dan Persija Jakarta.

 

Kengerian dirasakan ketika berkarier di Indonesia. Salah satu terkait rivalitas antara klub, yang merembet ke suporternya. Panasnya atmosfer dirasakan ketika menangani Persija.

“Jadi ada dua tim yang merupakan rivalitas. Perkelahian antara fans dan kadang-kadang para pemain melawan,” terang Sergei Dubrovin kepada Mold Football.

“Saya ingat sekali sebelum pertandingan suasana begitu tegang. Bus kami dilempari batu dan tongkat. Yang paling dramatis setelah pertandingan, di mana kami meninggalkan stadion dengan kendaraan lapis baja dan kendaraan tempur. Dari ruang ganti kami dilindungi perisai polisi untuk masuk dan sampai rumah dengan selamat,” tambahnya.

Sergei Dubrovin menambahkan bahwa kengerian juga pernah dialaminya saat bermain di Papua. Menurutnya, ia bersama tim harus terdorong oleh fans ke tengah lapangan dan harus bertahan selama sekitar satu jam. Ia menjelaskan fans melemparkan batu kepada timnya.

“Setelah itu fans seperti lelah dan pergi melempar timnya. Ketika kami ada di bus, mereka melihat kami dan bertepuk tangan. Tidak dapat diprediksi,” ujarnya.

Kengerian lain dijelaskannya ketika akan menggelar latihan. “Kami berlatih untuk fit dan diberi pilihan berlatih di sebuah lapangan di pedesaan. Kami datang, hal pertama yang terlihat adalah dua moyet bergantungan di gerbang dan pisang dilemparkan.”

“Saya menatap penyelenggara dan menanyakan, apakah kami berlatih di sini? Saya pikir itu lelucon, tapi kemudian diberitahu hanya ada satu lapangan. Saya kemudian meminta monyet diusir dari lapangan, kami pun berlatih. Puji Tuhan tidak ada gangguan.”

Pelatih yang kini berusia 65 tahun itu juga mengingat wasit di Indonesia. Ia menyebut pemimpin pertandingan di Indonesia justru mengacaukan.

Karena wasit pula, Sergei Dubrovin geram dan dilaporkan melakukan tindak pemukulan kepada asisten wasit. Pada 2008, ia dihukum larangan beraktivitas selama dua tahun dan didenda 50 juta.

“Wasit adalah cerita lain. Kadang-kadang mereka hanya menciptakan kekacauan. Saya didiskualifikasi selama dua tahun meskipun ada yang tidak benar,” terang Sergei Dubrovin yang juga menjelaskan ketika membawa Petrokimia menjadi juara Liga Indonesia 2002.

Meski begitu secara keseluruhan sepak bola Indonesia dijelaskan lebih baik dari Maladewa, negara yang pernah disinggahi. Sergei Dubrovin menjadi pelatih timnas di Maladewa.

“Jika dibandingkan Maladewa, Indonesia tampak seperti surga. Pertama secara geografis negara besar. Anda punya banyak pilihan untuk alam yang indah dan kondisi yang baik melatih tim berbagai usia. Tentu saja jika dibandingkan dengan Maladewa, seperti langit dan bumi.”

“Dalam hal keuangan juga lebih baik. Di Indonesia, saya mendapatkan tiga kali lipat daripada di Maladewa. Jika berbicara sepak bola, maka tentu saja ada perbedaan dalam tingkat kemampuan pemain.”

Sergei Dubrovin kini menjadi asisten pelatih di klub FC Milsami, yang bermain di kasta tertinggi kompetisi Moldova.

Sumber: Sportsatu
Editor: Dardani