Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Indonesia, Lapangan Perang Dunia Ketiga
Oleh : Redaksi
Jum'at | 20-01-2017 | 14:12 WIB
Pencari-Kerja-di-Muka-Kuning.jpg Honda-Batam

Para pencari kerja. (Foto: Ist)

Oleh: Ardian Wiwaha

KASUS penistaan agama yang telah dilakukan oleh Calon Gubernur DKI Jakarta 2017 Basuki Tjahya Purnama telah memasuki babak baru. Hal ini dapat dilihat dari pelaksanaan sidang perkara terhadap kasus dugaan penistaan agama yang melibatkan mantan Bupati Belitung Timur ini akan dilanjutkan dengan agenda pemeriksaan saksi-saksi di auditorium gedung Kementerian Pertanian, Jakarta Selatan pada 3 Januari 2017 mendatang.

 

Namun siapa sangka, tanpa disadari kasus dugaan penistaan agama oleh Ahok telah berlanjut ke jenjang yang lebih mengkhawatirkan. Terlihat dari sentimen dan kebencian yang mulai sejak awal kasus penistaan agama Ahok berhembus hingga kini.

Banyak sekali beberapa kelompok kepentingan baik yang mendaulat dirinya sebagai pembela Islam dan ada juga kelompok agama diluar Islam yang mendaulat dirinya sebagai kelompok yang berjiwa nasional mulai melakukan beberapa manuver baik langsung maupun tak langsung yang dirasakan cenderung menimbulkan sentimen dan intoleransi yang “mungkin” dapat berpotensi menimbulkan peperangan antar agama.

Mulai bermunculan prediksi dan spekulasi beberapa ahli bahwasannya dalam waktu dekat, dunia akan dihadapkan dengan adanya perang dunia ketiga yang konon katanya sentimen dan kebencian antar umat beragamalah yang akan menjadi penyebab dasarnya.

Dapat di iya kan namun bisa juga disangkal, penyebab perang dunia ketiga memang dirasakan saat ini sudah memasuki tahap baru. Beberapa indikasi yang mencerminkan hal tersebut telah muncul dibeberapa bagian negara-negara yang konon bermayoritaskan muslim sebagai penduduknya.

Berkiblat kepada Iraq dan Suriah, yang menjadi trending topik pembicaraan publik seantaro dunia, konon Rusia dan Tiongkok berperan dalam penyuplai kapal perang dan pesawat tempur untuk melakukan peperangan yang merupakan perang proxy antara belok barat (AS dan Sekutu) dan timur yang pecah karena permasalahan sentimen agama.

Tak hanya itu, Afganistan, Mesir, dan Libanon yang meskipun konon katanya peperangan terjadi karena landasan politik dan ekonomi kepentingan blok atau negara, namun dengan agama, beberapa kelompok kepentingan dapat berinfiltrasi masuk, lalu menebar sebuah kebencian yang berlanjut kepada peperangan.

Berkaca dari perang salib yang terjadi beberapa ratus tahun silam, Perang Salib atau yang dikenal dengan The Crusades War merupakan serangkaian perang antara umat beragama Islam dan umat nasrani yang terjadi sekitar tahun 1905 hingga 1291 Masehi.

Siapa sangka bahwa dari beberapa penyebab dasar lahirnya perang salib yakni faktor politik dan faktor sosial-ekonomi, terselip faktor agama yang merupakan salah satu penyebabnya.

Seperti cerita sejarah Baitul Maqdis yang disucikan orang nasrani lalu jatuh ketangan masyarakat Islam yaitu Bani Seljuk, telah menyebabkan rasa ketidakbebasan masyarakat nasrani untuk melaksanakan ziarah ketempat suci mereka.

Begitupun dengan peristiwa penting dalam gerakan ekspansi agama muslim yang dilakukan oleh Alp Arselan adalah peristiwa manzikart (1071 M). Perang ini secara tidak langsung telah menanamkan kebencian dan permusuhan yang besar bagi orang-orang nasrani terhadap umat islam begitupun sebaliknya.

Berkaca kepada kasus penistaan agama oleh Ahok yang saat ini telah dalam proses hukum, dapat dirasakan bahwa kasus ini pelan namun pasti mulai dipolitisir guna menyukseskan beberapa misi terselubung kelompok kepentingan.

Entah itu berasal dari dalam maupun luar negeri, namun bibit kebencian antar umat beragama mulai ditularkan secara terang-terangan dan dapat dirasakan melalui peranan media sosial dan media massa.

Beberapa kelompok muslim yang cenderung bersifat ekstrim semakin massif menyebarkan pemberitaan yang menabur kebencian antar umat beragama. Foto, berita, meme, video, dan beberapa produk media lainnya yang berisikan sentimen berkehidupan beragama semakin masif disebarkan.

Tak hanya itu, beberapa kelompok nasrani ekstrim juga melakukan hal yang sama. Menebar kebencian, menyebarkan isu perpecahan, melakukan gerakan-gerakan intoleransi yang secara gamblang berpotensi meretak toleransi beragama negeri ini yang selama ini telah dibangun dengan susah payah.

Apakah ini pertanda bahwa perang dunia ketiga akan berlapangan di negeri ini? Tidak akan terjadi apabila kedewasaan dalam berpikir dan bertoleransi dalam berkehidupan senantiasa menjadi basic jalannya negara ini.

Dikaitkan dengan kasus Ahok yang saat ini secara menggumpal telah melahirkan kebencian antar kelompok ekstrim agama islam dan nasrani, publik diuji untuk bersikap dewasa dan mulai menyaring permasalahan ini dengan memahami secara dalam dan berakar penyebab dan dampak yang akan terjadi tatkala permasalahan tersebut terus diumbar dan dibahas.

Indonesia memang rawan untuk dihancurkan, namun hanya dengan ke Indonesiaanya lah semua itu dapat dipertahankan. Mari bersatu padu untuk persatuan bangsa yang lebih baik.*

Penulis adalah Mahasiswa FISIP Universitas Indonesia