Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Fidel Castro Tak Mau Dirinya Dikultuskan!
Oleh : Redaksi
Senin | 05-12-2016 | 08:00 WIB
abucastrobyapp.jpg Honda-Batam

Rombongan yang membawa abu kremasi Fidel telah tiba di Santiago pada Sabtu (03/12) setelah melakukan perjalanan selama empat hari dari ibukota Kuba, Havana. (Foto: AFP)

 

PRESIDEN Kuba Raul Castro memimpin langsung upacara penghormatan terakhir kepada saudaranya Fidel Castro di kota Santiago, Kuba, sebelum dimakamkan.

 

Dihadiri puluhan ribu orang warga Kuba, upacara penghormatan terakhir ini dihadiri pula oleh sejumlah pemimpin dunia.

Di hadapan massa, Raul Castro bersumpah untuk menghormati prinsip-prinsip dan tujuan revolusi yang dipimpin oleh Fidel, yang tutup usia pada 25 November lalu saat berusia 90 tahun.

Dia juga mengumumkan bahwa Kuba akan melarang penggunaan nama Fidel Castro untuk monumen atau jalan, seperti yang diwasiatkan oleh Castro sendiri.

"Sang pemimpin revolusi sangat menentang segala bentuk pengkultusan dirinya," kata Raul Castro.
Tidak akan didirikan monumen atau patung dada Fidel di seluruh Kuba, katanya.

Abu kremasi Fidel Castro - yang disimpan dalam kendi - akan dikubur pada Minggu di Santiago, kota tempat kelahirannya.

Rombongan yang membawa abu kremasi Fidel telah tiba di Santiago pada Sabtu (03/12) setelah melakukan perjalanan selama empat hari dari ibukota Kuba, Havana.

Selama diarak memasuki kota Santiago, warga yang memadati pinggiran jalan-jalan kota itu berteriak "Hidup Fidel!" dan "Saya Fidel!"

Pemimpin Venezuela, Nikaragua dan Bolivia terlihat menghadiri upacara penghormatan terakhir Fidel Castro di Santiago.

"Semua dari kami sangat mencintai Fidel, yang merupakan ayah kami. Dia membersihkan jalan bagi kami dan orang-orang akan mengikutinya," kata Tania Maria Jimenez kepada Kantor berita Reuters.

Tania berada di antara ribuan orang Kuba yang menyaksikan langsung saat rombongan membawa abu kremasi Fidel melewati barak militer Moncada di kota Santiago, yang menjadi saksi perjalanan Fidel dengan revolusinya di tahun 1950-an.

Fidel Castro memimpin kelompok kecil untuk menggerakkan revolusi dengan menyerang barak militer itu pada 26 Juli 1953.

"Semua dari kami sangat mencintai Fidel, yang merupakan ayah kami. Dia membersihkan jalan bagi kami dan orang-orang akan mengikutinya," kata Tania Maria Jimenez kepada Kantor berita Reuters.

Serangan itu gagal, tetapi upaya itu dianggap sebagai tindakan pertama dari sebuah revolusi yang akan menggulingkan pemerintah Fulgencio Batitta yang didukung AS pada 1 Januari 1959.

Sejauh ini ada berbagai pendapat tentang sosok Fidel Castro, yang memerintah Kuba dengan satu partai selama hampir setengah abad.

Pendukungnya mengatakan dia telah mengembalikan Kuba kepada rakyatnya. Dia juga dipuji karena program sosialnya, seperti program kesehatan dan pendidikan

Tetapi para pengkritiknya menyebutnya sebagai seorang diktator, yang memimpin pemerintahan dengan tidak mentolerir aksi oposisi dan perbedaan pendapat.

Raul Castro, adiknya, mengambil alih kekuasaan ketika kesehatan kakaknya memburuk pada tahun 2006.

Abu kremasi Fidel Castro akan ditempatkan di pemakaman Ifigenia, di mana pahlawan kemerdekaan Kuba Jose Marti dimakamkan.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani