Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kemensos Kucurkan Rp900 Juta untuk Masyarakat Pesisir Bintan
Oleh : Ismail
Kamis | 01-12-2016 | 08:38 WIB
penerimadanadepsos.jpg Honda-Batam

Warga penerima bantuan dana UEP dari Kemensos sebesar Rp 2 juta hendak mencairkan uangnya di Bank BNI Cabang Kijang, Kecamatan Bintim, beberapa waktu lalu. (Foto: Ismail)

 

 

BATAMTODAY.COM, Bintan - Direktorat Jenderal (Dirjen) Penanganan Fakir Miskin Pesisir (PFMP), Pulau-Pulau Kecil (PPK) dan Perbatasan Antar Negara (PAN), Kementerian Sosial (Kemensos) telah mengucurkan alokasi dana sebesar Rp 900 juta kepada 450 warga miskin di Kabupaten Bintan.

 

Dana itu bersumber dari Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) 2016. Dikucurkan untuk modal mengembangkan Usaha Ekonomi Produktif (UEP) khusus warga yang berdomisili di wilayah pesisir.

"Tahun ini Kemensos hanya mengalokasikan dana untuk UEP bagi warga miskin di dua wilayah Pesisir. Diantaranya di Kecamatan Bintan Pesisir (Binsir) dan Mantang," ujar Ketua Koordinator Pendamping Sosial, Kemensos, Ondi Doby Susanto ketika ditemui di Kijang, Kecamatan Bintan Timur (Bintim), Rabu (30/11/2016).

Dijelaskannya, kecamatan yang memperoleh kucuran dana tersebut memiliki nominal yang berbeda. Khusus untuk Kecamatan Binsir diberikan dana Rp 500 juta diperuntukkan 250 Kartu Keluarga (KK), sedangkan Mantang sebesar Rp 400 juta untuk 200 KK. Jadi, setiap KK mendapatkan Rp 2 juta.

Melalui dana tersebut, warga diharapkan dapat menggunakannya sebagai modal bagi untik mengembangkan/mengelola usaha. Mulai dari berjualan hingga kebutuhan alat tangkap ikan.

"Dana itu langsung masuk ke rekening masing-masing penerima. Mereka bisa mengambilnya di Bank BNI Cabang Kijang. Sebab hanya perbankan itulah yang bekerjasama dengan Kemensos untuk UEP ini," katanya.

Ondy mengakui, banyak kesulitan yang dihadapi petugas pendamping sosial dalam menyukseskan program pengentasan kemiskinan tersebut. Salah satunya, sulit menemui calon penerima dikarenakan sebagian besar profesi mereka sebagai nelayan. Sehingga untuk menemui mereka harus menunggu pulang dari melaut dengan menelan waktu 1-2 minggu.

Akibat, dapat mempengaruhi prosesi verifikasi data yang belum lengkap. Selain itu, kondisi geografis juga menjadi kesulitan. Cuaca buruk serta gelombang kuat dibarengi curah hujan yang tinggi kadang menjadil halangan dalam melaksanakan tugas.

"Jarak antar pulau-pulau di kecamatan sangat jauh apalagi ketersediaan akses transportasinya minim. Inilah yang menjadi kendala terbesar bagi kami. Tapi kami tetap konsisten dan harus melanjutkan perjuangan itu agar bantuan langsung bagi masyarakat miskin cepat tersalurkan serta tepat sasaran dan tepat guna," tutup Ondy.

Editor: Dardani