Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Antara Mitos Jodoh hingga Bencana di Kota Kalong Soppeng
Oleh : Redaksi
Selasa | 29-11-2016 | 17:53 WIB
Kelelawar.gif Honda-Batam

Langit Soppeng, "Kota Kalong" yang dipenuhi kelelawar (Sumber foto: CNN)

BATAMTODAY.COM, Soppeng - Kelelawar atau kalong lazimnya dapat ditemui di goa atau hutan lebat yang gelap. Namun, jika Anda berwisata ke Kabupaten Soppeng, Anda dapat melihat kumpulan hewan nokturnal tersebut berkeliaran di pusat kota, Watansoppeng, yang merupakan ibu kota Kabupaten Soppeng.

Ribuan kelelawar tersebut bergelantungan di banyak pohon asam sekitar pusat kota. Mereka berkelompok menguasai masing-masing pohon asamnya tanpa canggung oleh lalu lalang kendaraan bermotor dan sibuknya kota. Tak heran Soppeng dijuluki “Kota Kalong”.

Ketika sore hari, kota pun diramaikan dengan suara kelelawar, mereka bangun dan bersiap untuk melakukan aktivitas pada malam hari. Anda akan melihatnya berterbangan dengan latar matahari terbenam.

Ketika sore hari, kota pun diramaikan dengan suara kelelawar, mereka bangun dan bersiap untuk melakukan aktivitas pada malam hari. Anda akan melihatnya berterbangan dengan latar matahari terbenam (Sumber foto: CNN)

Uniknya jika diamati, tak ada buah-buahan di sepanjang kota yang dimakan kelelawar. Bahkan buah asam yang pohonnya menjadi tempat tinggal ribuan kelelawar tesebut seperti tak disentuh para kelelawar.

Ada sebuah cerita kepercayaan masyarakat Soppeng tentang kelelawar yang memenuhi jantung kotanya tersebut. Kelelawar telah berjanji ratusan tahun yang lalu kepada raja, untuk tidak mengganggu masyarakat termasuk memakan buah-buahan milik warga.

“Kalong ini udah ada dari Raja Soppeng pertama, Raja Latemmamala ratusan tahun lalu. Dari sebelumnya konon sudah memenuhi kota, tapi pas ada raja, keluarlah perjanjian antara raja dan kalong,” ujar Bupati Soppeng, Andi Kaswari Razak, saat mengantar wisatawan ke pohon kelelawar.

Perjanjian tersebut adalah mereka tidak boleh mengambil buah-buahan di sekitar atau milik rakyat. Kedua mereka boleh berdiam di kota tetapi hanya di pohon asam.

Pohon asam yang berada di tengah kota Soppeng, dipenuhi kelelawar.(Sumber foto: CNN)

Terakhir raja meminta jika akan ada bencana, musibah, atau sesuatu yang menuntut rakyat untuk bersiap-siap, agar segera memberi tahu rakyat melalui tanda-tanda alam yang mereka isyaratkan. Perjanjian terakhir ini kerap diwujudkan dengan perilaku kelelawar yang menghilang minimal 24 jam dari pohonnya.

“Jadi jika kelelawar tersebut tidak kembali ke pohonnya selama satu kali 24 jam, masyarakat harus siap siaga,” ujar Andi Kaswari Razak.

Selain itu bagi pendatang atau wisatawan yang terkena kotoran kelelawar ketika berada di sekitar pohon asam dipercaya akan mendapat jodoh orang Soppeng.

Hingga kini perjanjian tersebut masih terjaga dan populasi kelelawar pun masih sangat banyak di tengah kota. Wisatawan dapat menikmati indahnya pemandangan “Kota Kalong” di sepanjang jalan-jalan protokol kota yang terdapat pohon asam besar.

Sumber: CNN
Editor: Udin