Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kofi Annan akan Kunjungi Wilayah Konflik Etnis Rohingya
Oleh : Redaksi
Senin | 28-11-2016 | 16:28 WIB
kofianan.jpg Honda-Batam

Dalam lawatan pertamanya pada September lalu, Kofi Annan ditolak oleh masyarakat lokal. (Foto: AFP Photo/Romeo Gacad)

 

BATAMTODAY.COM, Naypyidaw - Mantan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa, Kofi Annan, akan mengunjungi negara bagian Rakhine, Myanmar, di mana bentrokan antara militer dan etnis minoritas Muslim Rohingya terus memanas sejak awal Oktober lalu.

 

"Ia (Kofi Annan) akan berkunjung ke Nay Pyi Taw dan Rakhine," ujar anggota Komisi Penasihat Rakhine, Aye Lwin, kepada kantor berita Turki, Anadolu, pada Senin (28/11).

Seorang pejabat lokal Rakhine menyebutkan bahwa Annan akan berkunjung ke Desa Sittwe dan Desa Maungdaw, pusat bentrokan selama hampir dua bulan belakangan.

Ini akan menjadi kunjungan Annan yang kedua sebagai Ketua Komisi Penasihat Rakhine. Pada lawatan pertamanya September lalu, Annan ditolak oleh masyarakat lokal.

Namun saat ini, kondisi di Rakhine dianggap sudah sangat mendesak dengan meningkatnya bentrokan antara militer dan Rohingya sejak 9 Oktober lalu, yang sudah menyebabkan banyak korban.

Gelombang kekerasan terhadap Rohingya bermula ketika tiga pos polisi di negara bagian Rakhine diserang oleh "teroris Rohingnya" dan menewaskan sembilan polisi.

Meskipun tidak ada bukti konkret bahwa serangan ini dilakukan oleh etnis Rohingya, militer Myanmar meluncurkan aksi kekerasan di sejumlah desa yang dihuni kaum minoritas tersebut, termasuk melakukan pembunuhan, pembakaran rumah, dan pemerkosaan.

Hingga saat ini, pemerintah Myanmar melaporkan bahwa korban dari bentrokan tersebut mencapai 86 orang, terdiri dari 17 tentara dan 69 etnis Rohingya. Namun menurut kelompok Rohingya sendiri, bentrokan itu sudah menelan lebih dari 400 nyawa.

Konflik ini merupakan yang terparah sejak aksi kekerasan oleh kelompok Buddha radikal terhadap warga Rohingya pada 2012 lalu. Bentrokan saat itu menewaskan 200 orang dan menyebabkan 140 ribu orang kehilangan tempat tinggal.

Selama ini, sebagian besar dari 1,1 juta total populasi Muslim Rohingya di Myanmar tidak memiliki kewarganegaraan dan hidup dalam diskriminasi.

Mereka ditolak karena dianggap imigran ilegal dari Bangladesh. Sementara, etnis Rohingya sendiri merasa sudah menjadi bagian dari Myanmar karena telah tinggal selama beberapa generasi di negara itu.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Dardani