Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Myanmar Dituduh Lakukan Pembersihan Etnis Rohingya
Oleh : Redaksi
Jum'at | 25-11-2016 | 09:26 WIB
Honda-Batam

Pengungsi Rohingya. (Foto: AFP/SAM JAHANSAM JAHAN)

BATAMTODAY.COM, Rakhine - Para pengungsi Rohingya menempati sebuah penampungan tak resmi di Bangladesh setelah menyelamatkan diri dari Negara Bagian Rakhine, Myanmar.

Kepala Pusat Pengungsi PBB di Bangladesh tenggara, John McKissick, mengatakan Myanmar berusaha mengenyahkan kelompok minoritas Muslim Rohingya melalui pembersihan etnik.

Ia mengatakan hal itu setelah ribuan orang Rohingya yang beragama Islam melarikan diri dari Myanmar ke negara tetangga Bangladesh setelah terjadi kerusuhan antara pasukan keamanan dan kelompok militan.

"Setelah pembunuhan sembilan penjaga perbatasan pada tanggal 9 Oktober lalu, militer dan polisi penjaga perbatasan terlibat dalam penghukuman kolektif terhadap minoritas Rohingya.

"Membunuh laki-laki, menembak mereka, membunuh anak-anak, memerkosa perempuan, membakar dan menjarah rumah mereka, memaksa orang-orang tersebut untuk menyeberang sungai," kata McKissick yang bertugas di kota perbatasan Bangladesh, Coxs Bazar.

Pemerintah Myanmar menepis tudingan itu. "Ia seharusnya berbicara atas dasar fakta nyata dan kuat di lapangan," kata juru bicara presiden Zaw Htay.

Ditambahkannya McKissick seharusnya menjaga profesionalismenya dan etika sebagai pejabat PBB karena "pernyataan-pernyataannya hanyalah tuduhan".

Seorang warga Myanmar ditahan di Bangladesh atas tuduhan melakukan mata-mata untuk pemerintah Myanmar. Pada Rabu (23/11) Kementerian Luar Negeri Bangladesh memanggil duta besar Myanmar untuk menyampaikan kekhawatiran pemerintah terhadap operasi militer Myanmar belakangan ini.

Bangladesh juga meminta Myanmar mengizinkan mereka pulang tanpa rasa takut dan menjamin keselamatan mereka.
Rohingya merupakan etnik minoritas yang tidak diterima sebagai warga negara oleh Myanmar.

Mereka dianggap sebagai pendatang gelap dari Bangladesh walaupun sudah hidup di Myanmar selama berabad-abad.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani