Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Anda Mendadak Kaya? Waspadai Ini...
Oleh : Redaksi
Rabu | 23-11-2016 | 08:00 WIB
mendadakkayabyepa.jpg Honda-Batam

Menjadi kaya raya secara tiba-tiba bisa menjadikan seseorang merasa terisolasi. (Foto: EPA)

 

SETELAH bekerja lebih dari 30 tahun sebagai pramugari, Sandy Stein, kini berusia 65, akhirnya mendapatkan uang dalam jumlah sangat besar.

 

Usia Stein 53 tahun ketika ia menciptakan dompet penemu kunci, alat yang menempel pada tas tangan dan memudahkannya untuk mengangkat kunci dari tas tanpa kita harus mencari kunci itu di dalam tas.

Tahun itu juga ia membeli mobil mewah dengan tunai, merekrut beberapa karyawan gelombang pertama dan membukukan penjualan kotor US$4 juta atau sekitar Rp53 miliar.

Dalam banyak hal, itulah skenario yang hanya ada dalam mimpi. Tetapi, yang mengejutkan Stein adalah semua keberhasilan ini menimbulkan kesepian di rumah.

Ia bercerai — suaminya sebelumnya menjadi pencari nafkah utama dan kemudian cemburu atas keberhasilan tiba-tiba yang dicapai Stein, katanya. Hubungan pertemanan Stein dengan beberapa orang juga mengalami ketegangan.
"Orang-orang menjadi cemburu dan mengatakan atau melakukan hal-hal jelek," ungkapnya.

Walaupun sebagian besar orang tidak akan menyerah untuk menjadi kaya, mereka yang telah mengalami kenyataan itu mengatakan kekayaan bisa membuat mereka terisolasi dan kehidupan mereka tampak lebih indah dari luar saja.

"Ketika seseorang tiba-tiba menjadi kaya, dampaknya sangat dalam terhadap setiap aspek kehidupannya," jelas Dr Stephen Goldbart, salah satu pendiri Money, Meaning & Choices Institute, perusahaan yang melayani konsumen kaya. "Ini bisa menjadi pengalaman psikologis yang menyakitkan bagi sebagian orang."

Ditambahkan oleh Dr Goldbart bahwa mudah untuk mulai menderita akibat "sindrom kekayaan tiba-tiba" dan seseorang mengalami krisis identitas, sementara pada saat bersamaan orang itu harus mengatasi keadaan akibat mengalami kesepian dan kefrustasian.

Banyak di antara kita pernah selama bertahun-tahun bermimpi dan punya gagasan bagaimana untuk menjadi kaya. Namun jika mimpi itu memang menjadi kenyataan, kita sering kali tidak siap mengatasi perubahan tingkah laku secara tiba-tiba dari mereka yang ada di sekeliling kita.

Pada akhirnya seseorang tidak berkutat memikirkan hal tersebut. Jadi ketika teman-teman mulai menjauhkan diri (atau sebaliknya, lebih dekat) dan keluarga tampak tiba-tiba mencampuri urusan keuangan kita atau ingin terlibat dalam kehidupan kita, hal ini mengejutkan.

"Semua ini secara mengejutkan terjadi cepat dan ini sulit," jelas Goldbart, yang sering bekerja dengan para pengusaha teknologi dari Silicon Valley.

Aspek negatif lainnya, uang mengubah orang. Kadang-kadang orang kaya baru, apakah disadari atau tidak, menunjukkan tingkah laku seperti menghambur-hamburkan uang atau tiba-tiba meninggalkan hobi lama yang dapat "menimbulkan perpecahan" dengan kawan-kawan lama atau kolega, kata terapis keuangan Megan Ford, yang juga menjabat sebagai presiden Asosiasi Terapi Keuangan.

Menurut Ford, teman-teman mungkin tidak ingin menyesuaikan diri dengan beberapa perubahan akibat kekayaan tiba-tiba ini", dan akan menjauhkan diri sehingga menambah kesepian.

Yang sering menjadi hambatan terbesar adalah mengendalikan reaksi teman dan keluarga. Orang luar sering kali berusaha untuk menjalin hubungan dekat kenalan yang baru kaya mendadak. Teman dan keluarga bermunculan dan berusaha mempererat hubungan dengan seseorang yang pada tahap sekarang dianggap sebagai pemenang, kata Goldbart.

Dan apa yang akan kita lakukan ketika teman dan keluarga mulai memperlakukan kita dengan cara yang berbeda? Sebagian besar dari kita akan merasa curiga. Di mana teman-teman dan keluarga ketika kita memeras keringat melakukan tugas-tugas yang tidak menyenangkan atau bekerja tanpa mengenal waktu mengurus bisnis baru?

Suatu tindakan alamiah untuk menarik diri, dan menyaring lingkaran teman ketika kita tidak sepenuhnya yakin siapa sebenarnya yang mendekati kita hanya karena kita kaya.

"Dunia mereka menjadi sangat sempit dan mereka beralih ke pertemanan dengan orang-orang yang sekelas mereka dari segi keuangan," ungkap Goldbart.

Perasaan itu belum tentu hilang setelah kita mendapatkan uang dan keberhasilan yang mapan.

Mengakui siapa yang sejatinya ingin menjadi teman kita lebih sulit — dan membuat kesalahan sekali atau dua kali biasanya menimbulkan dampak yang diperkirakan —isolasi lebih dalam, jelas Ford. "Untuk mereka-reka siapa yang tulus dan siapa yang mencari keuntungan bisa sulit," tuturnya.

Mereka yang punya kekayaan mendadak mengatakan perasaan kesepian juga bisa datang dari perubahan prioritas. Stephan Goss, 28, yang pindah dari Swiss ke San Diego, Amerika Serikat, mengatakan ia mencari teman-teman baru yang mempunyai persamaan kebebasan untuk menjalani hidup mereka.

"Sebagian besar orang tidak dapat mengatakan mari kita pergi berlibur ke Meksiko besok. Amat rumit untuk menghabiskan waktu bersama dengan mereka yang tidak mempunyai kemampuan untuk melakukan hal itu," kata Goss, pendiri Zeeto Media, perusahaan perintis yang membantu menerbitkan konten perdagangan valuta asing.

Meskipun Goss belum meninggalkan teman teman dari masa kecil di Swiss dan teman-teman masa kuliah di kawasan East Coast, Amerika Serikat, ia sekarang menghabiskan waktu lebih lama memupuk pertemanan dengan sesama pengusaha.

Sumber: BBC Indonesia
Editor: Dardani