Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Inilah Olahan Batik Gaya Jepang Eksperimental
Oleh : Redaksi
Senin | 31-10-2016 | 11:31 WIB
Batik-Jepang1.jpg Honda-Batam

Olahan Batik Gaya Jepang Eksperimental. (Foto: bernas.com)

BATAMTODAY.COM, Batam - Untuk kali ke-dua, desainer Indonesia melalui label Bateeq dan desainer Jepang Suzuki Takayuki berkolaborasi di Jakata Fashion Week (JFW) 2017. Sama seperti sebelumnya, kolaborasi kali ini pun belum memenuhi harapan dan bayangan mode Jepang.

Kolaborasi perdana Suzuki Takayuki dengan Bateeq yang digawangi oleh Michelle Tjokrosaputro terjadi di JFW 2016, tahun lalu. Pada tahun yang sama, keduanya juga berkolaborasi dalam pagelaran Japan Fashion Week in Jakarta.

Ketika itu, pada 2015, keduanya menciptakan koleksi women ready to wear dengan nuansa pastel dan bahan loose yang kasual. Dengan sentuhan batik cap di ujung beberapa bagian pakaian, koleksi tersebut masih terasa belum maksimal.

Dan pada tahun ini, Takayuki kembali "dijodohkan" dengan Bateeq oleh panitia JFW yang bekerja sama dengan Japan Fashion Week Organization. Untuk koleksi yang digelar pada Kamis (27/10) malam, keduanya mengambil keindahan cahaya Kota Batik, Solo.

"Saya terinspirasi dari kehangatan dan keindahan iklim serta alam di Indonesia, terutama Solo, dalam menciptakan karya ini. Saya juga memasukkan unsur eksperimental di dalamnya," kata Takayuki ketika jumpa media di arena JFW di kawasan Senayan.

Keindahan Solo dan janji eksperimental Takayuki melambungkan harapan menciptakan kolaborasi unik antara batik kontemporer yang biasa diusung Bateeq dengan imaji Takayuki dan keunikan mode Jepang.

Namun harapan itu tak mewujud nyata. Layaknya deja vu, sebanyak 36 tampilan yang disajikan cenderung tidak jauh berbeda dibanding tahun lalu. Perbedaan hanya di motif yang digunakan dan tidak terlalu banyak penggunaan selendang.

Bila tahun lalu cenderung menggunakan motif geometris seperti wajik, kali ini motif dedaunan menjadi pilihan kedua desainer. Dan pilihan warna pun masih sama, biru, putih, serta gelap seperti navy dan hitam.

Siluet yang ditawarkan pun tak banyak perubahan. Keduanya masih betah dengan model dress tanggung selutut, kemeja longgar yang dipadu padan celana tanggung, serta beberapa dipasangkan dengan jaket serta syal. Komposisi sama seperti tahun lalu.

Setelah peragaan yang cenderung membosankan, di tampilan terakhir, Takayuki tampaknya ingin mengeluarkan kejutan. Ia datang dengan kumpulan kain dan mendekati model yang berdiri mematung di tengah runway.

Dengan sigap, Takayuki mengeluarkan serangkaian teknik desain yang ia miliki. Lincah mengikat, bentang, lipat, potong, sobek pada kain tule yang sudah ia siapkan dan terpasang di dress di tubuh model.

Tak sampai lima menit, dress ready-to-wear tersebut kemudian memiliki tampilan couture yang apik. Takayuki sengaja membiarkan potongan yang tidak rapi hingga menambah kesan "abstrak".

Terlepas dari kejutan cukup menyenangkan dari Takayuki, perlu ada terobosan lain dari kolaborasi Bateeq yang terkenal akan motif batik penuh warna dengan Takayuki yang eksperimental khas Jepang.

Sumber: CNN Indonesia
Editor: Yudha