Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Kondisi Bangsa Melemah, Mudah Disusupi Paham Terorisme
Oleh : Irawan
Selasa | 25-10-2016 | 09:38 WIB
pilarmprri.jpg Honda-Batam

Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI TB. Hasanuddin saat menjadi pembicara dalam diskusi empat pilar. 

BATAMTODAY.COM, Jakarta - Wakil Ketua Badan Pengkajian MPR RI TB. Hasanuddin menegaskan, kondisi bangsa Indonesia saat ini melemah di hampir semua bidang, sehingga berbagai pengaruh asing mudah masuk, termasuk paham radikalisme.

Hal ini akibat para generasi muda tidak begitu mengenal Pancasila yang merupakan dasar Negara Kesatuan Republik Indonesia.

"Bangsa ini sudah mulai kehilangan kesadaran bertolernasi, pluralisme, menghargai satu-sama lain sebagai sesama bangsa, kebhinnekaan, keragaman, dan kemajemukan. Karena itu mudah dipengaruhi oleh paham terorisme," kata Hasanudin dalam dialog 4 Pilar MPR RI dengan tema Menangkal Radikalisme dalam Rangka Menjaga Keutuhan NKRI di Jakarta, Senin (24/10/2016).

Hasanuddin, yang didampingi narasumber lain, Ketua PBNU KH. Marsudi Suhud mengatakan, kasus-kasus penistaan agama seperti yang dilakukan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) bisa memicu merusak semangat kebangsaan dan melahirkan radikalisasi.

“Inilah yang ingin kita perkuat dengan nasionalisme. Jadi, deradikalisasi ini tugas kita semua untuk ketahanan bangsa ini ke depan,” katanya.

Munculnya pahak radikalisme, lanjut Hasanuddin, karena para teroris menjanjikan cepat masuk surga dan mendirikan negara khilafah, sehingga menarik minat orang awam yang dangkal pemahaman agamanya.

Disamping itu, lahirnya teroris dunia itu akibat ketidakadilan, kekecewaan terhadap sistem negara di negara masing-masing, baik muslim maupun non muslim.

"Jadi, mari jaga bersama NKRI ini, mengingat desintegrasi bangsa ini akan diawali dengan isu SARA. Kalau muncul isu komunis hanya karena gambar palu arit semua ribut, tapi ada yang terang-terangan ingin mendirikan negara Islam dengan bendera Khilafahnya di Monas diam saja. Padahal, kalau, itu dibiarkan dan besar, saya yakin akan menjadi kekuatan seperti ISIS yang sudah lemah sekarang ini," kata politisi PDIP ini.

Sedangkan Marsudi Suhud menegaskan, NKRI sudah menjadi konsensus bersama sebagai negara bangsa, apapun warga agama, suku, ras, dan golongannya.

Untuk itu PBNU akan kosnsisten mengawal PBNU Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD NRI 1945.

“Komitmen NU itu sudah ditegaskan di Muktamar ke-2 NU di Banjarmasin, tahun 1936. Tapi, kalau ada yang tidak sepakat biasa. Di seluruh dunia dan dari dulu sampai sekarang itu terjadi. Hanya saja kalau dalam perjalanan bangsa ini ada salah, maka inilah yang harus diluruskan dan diperbaiki bersama. Bukan merusak NKRI,” kata Marsudi.

Marsudi mengungkapkan, Indonesia Idengan mayoritas muslim terbesar di dunia telah diakui dunia sebagai negara yang terbaik dari aspek keagamaan, politik, demokrasi, HAM, dan sebagainya.

“Keras dalam berbeda pendapat itu biasa. Yang tidak boleh hanya kekerasan fisik dan anarkis. Untuk itu, mau demo setiap hari selama damai-damai saja tidak masalah. Silakan,” katanya.

Marsudi berharap agar Sosialiasi 4 Pilar MPR RI terus dilakukan agar anak-anak muda memahami dan mengamalkan Pancasila.

"Saya sudah mendatangi pesantren-pesantren yang dicurigai sebagai sarang teroris, termasuk Pesantren Ngruki, Solo, Jawa Tengah, pimpinan Abu Bakar Ba’asyir. Mereka ini harus didatangi, dan jangan dibiarkan. Kalau dibiarkan, maka akan tumbuh dengan eksklusifitasnya dan tidak mengenal Pancasila,” katanya.

Editor: Dardani