Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Presdir ATB Jadi Pembicara di Forum Water Link 2016 Manila
Oleh : Roni Ginting
Kamis | 13-10-2016 | 12:26 WIB
ATB.jpg Honda-Batam

Waterlink Forum 2016 bertajuk "Building Climate-Resilient Water Utilities in Urban Asia" yang diselenggarakan di Manila Philipina. (Foto: Humas ATB)

BATAMTODAY.COM, Mania - Untuk kesekian kalinya, PT Adhya Tirta Batam (ATB) berpartisipasi dalam acara bertaraf internasional. Kali ini, di Waterlink Forum 2016 bertajuk "Building Climate-Resilient Water Utilities in Urban Asia" yang diselenggarakan di Manila, Philipina, Rabu (5/10/2016) dan Kamis (6/10/2016), President Director ATB Ir Benny Andrianto MM juga tampil sebagai pembicara.

Kegiatan yang selalu diselenggarakan oleh perusahaan air antarnegara setiap dua tahunnya ini, membahas isu-isu perubahan cuaca dan ketersediaan air baku. Pada kesempatan tersebut, President Director ATB Ir Benny Andrianto MM mempresentasikan tantangan keterbatasan ketersediaan air baku dalam memenuhi kebutuhan air minum, terkait dengan perubahan cuaca yang terjadi di dunia dan khususnya di Batam.

"Ketersediaan air baku terutama di negara-negara di Asia menjadi salah satu masalah utama, khususnya di wilayah perkotaan. Dimana saat ini pertumbuhan penduduk di wilayah perkotaan semakin meningkat dan pesat. Dan jika tidak diimbangi dengan ketersediaan air bersih yang berkaitan langsung dengan sumber air baku, maka secara otomatis akan menjadi permasalahan. Dan inilah tantangan untuk kita semua," kata Benny Andrianto.

Dalam presentasinya, Benny Andrianto memaparkan Batam juga di pengaruhi oleh perubahan cuaca yang cukup ekstrem yakni badai Elnino. Terlebih lagi sumber air baku yang diolah ATB berasal dari air hujan yang ditampung di dalam dam. Badai Elnino pernah menghampiri Batam pada tahun 1997 dan 2015.

Namun perbedaan dari keduanya periode tersebut, sangat jauh berbeda dari pertumbuhan pelangan dan penduduk. Dimana pada tahun 1997 sekitar 150 ribu, namun di tahun 2015 penduduk Batam hampir lima kali lipat atau sekitar satu juta lebih.

"Mengatasi hal tersebut, ATB pun menyiasati kondisi elnino dengan cara rationing atau penggiliran, meski kapasitas waduk jauh mengalami penurunan namun pelanggan tetap mendapatkan air. Selain rationing, ATB secara intensif menurunkan kebocoran, jadi dua hal ini yang menjadi kunci utama untuk tetap memberikan pelayanan ke pelanggan," tambah Benny.

Dalam presentasi tersebut sejumlah peserta dari beberapa negara juga tertarik mengetahui upaya-upaya ATB terkait penurunan NRW, apakah ATB menggunakan tenaga internal atau outshorcing.

"Kita lebih siap menggunakan tenaga internal, efeknya lebih terasa karena apabila pihak eksternal yang mengelola kebocoran lebih dilihat sebagai sebuah project. Dan setelah ditinggal bisa jadi NRW akan naik lagi. Tetapi dengan tenaga internal tentunya juga punya ilmu pengetahuan, memiliki rasa terhadap ATB," jelasnya lagi.

Even forum antar negara yang di fasilitasi oleh Waterlink USAID dan Asian Development Bank ini diikuti oleh perusahaan air minum, konsultan dan instansi pemerintah dari negara-negara di dunia seperti Australia, Amerika Serikat, China, Hongkong, Philippina, India, Srilanka, Kamboja, Fiji, Samoa dan lain-lain.

Sebagaimana diketahui, tingkat kebocoran air tahunan di ATB pada 2015 mencapai 15,17 persen. Sementara periode Juli 2016 tingkat kebocoran air ATB sudah berada di titik 13,33 persen, dan Mei 2016 lalu bahkan sudah berada 11,90 persen.

Editor: Yudha