Lulus Verifikasi Dewan Pers No.126/DP-Terverifikasi/K/X/2017

Duterte Tegaskan Filipina dan Amerika akan "Bercerai"
Oleh : Redaksi
Jum'at | 07-10-2016 | 14:50 WIB
Deturte.gif Honda-Batam

Presiden Rodrigo Duterte ingin Filipina lepas dari belenggu ketergantungan terhadap Amerika Serikat. (Sumber foto: Reuters)

BATAMTODAY.COM, Filipina - Presiden Rodrigo Duterte ingin Filipina lepas dari belenggu ketergantungan terhadap Amerika Serikat. Bergantung pada Amerika, ujar pemerintah Duterte, juga tidak akan bisa membantu Filipina jika kedaulatan negara itu terancam.

Pernyataan Duterte ini disampaikan oleh Menteri Luar Negeri Filipina Perfecto Yasay seperti dikutip Reuters, Jumat (7/9). Dalam pernyataan yang disebut sebagai sikap anti-Amerika paling tegas yang pernah disampaikan pemerintah Filipina itu, Yasay mengatakan, Duterte akan meninjau kembali kebijakan luar negeri mereka dan tidak akan menaati lagi permintaan serta kepentingan AS.

"Terlepas dari ketergantungan yang membelenggu Filipina demi mengatasi ancaman keamanan internal dan eksternal, secara efektif sangat penting untuk mengakhiri ketundukan bangsa kami terhadap kepentingan Amerika Serikat," ujar Yasay dalam akun Facebook.

Pernyataan ini disampaikan selang beberapa hari setelah Duterte menyatakan bahwa latihan militer AS-Filipina akan dihentikan, perjanjian keamanan akan ditinjau kembali, dan negara itu kemungkinan akan "bercerai" dengan AS.

Senin lalu, Duterte bahkan mengatakan kepada Presiden AS Barack Obama untuk "pergi saja ke neraka". Duterte juga memerintahkan AS dan Uni Eropa untuk pergi dari Filipina jika tidak senang dengan kebijakannya dalam memberantas kriminalitas.

Sejak Duterte memimpin Juni lalu, lebih dari 3.000 orang tewas ditembak polisi atau warga karena dianggap bandar narkotika.

Menanggapi pernyataan Yasay, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS John Kirby mengatakan AS tetap berkomitmen dalam kerja sama kedua negara. Bahkan AS telah menganggarkan dana hibah sebesar US$80 juta untuk tahun fiskal yang dimulai pada 1 Oktober lalu.

"Saat ini kami fokus pada memberi keuntungan bagi rakyat Filipina dan yang sesuai dengan hukum dan peraturan AS," ujar Kirby.

Sementara itu, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana mengatakan mereka bisa bertahan tanpa hibah dari AS. "Kami bisa bertahan tanpa hibah itu, Kongres memberi kami dana untuk pengadaan perlengkapan. Saya kira mereka akan memberi lebih banyak jika tidak ada lagi sumber pendanaan lain," kata Lorenzana.

Yasay mengatakan, kehadiran tentara AS di Filipina juga tidak mampu memberi jaminan keamanan jika ada ancaman di Laut China Selatan, wilayah yang diperebutkan dengan China.

"Sekutu kami satu-satunya [AS] tidak bisa memberi jaminan dalam penegakan hak kedaulatan kami di bawah hukum internasional," ujar Yasay.

Sumber: Reuters
Editor: Udin